Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengendara Mabuk di Thailand Dikenai Sanksi Bekerja di Kamar Mayat

Kompas.com - 12/04/2016, 15:30 WIB

BANGKOK, KOMPAS.com — Pemerintah Thailand meluncurkan rencana untuk membuat kejutan baru terhadap pelanggar aturan berkendara di jalan raya.

Setiap pengendara yang ketahuan mabuk akan dikenakan sanksi bekerja di tempat pemulasaran jenazah atau kamar mayat di rumah sakit.

Thailand memiliki catatan terburuk kedua di dunia dalam hal akibat kecelakaan lalu lintas. Selama liburan Songkran tahunan, ribuan warga Thailand di perkotaan memilih berkendara dengan sepeda motor dan sering tanpa menggunakan helm saat akan mudik ke kampung halaman.

Songkran adalah kesempatan bagi keluarga berkumpul, berkunjung ke kuil, dan membersihkan rumah. Banyak warga Thailand menjalani liburan dengan menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman. Tahun ini dirayakan secara resmi antara 13-15 April.

Secara tradisional, Thailand melakukan ritual Rod Nam Dum Hua pada hari pertama Songkran, yang secara resmi dirayakan sebagai Hari Lansia Nasional. Selama ritual acara, orang-orang muda akan menuangkan air wangi ke telapak para tetua sebagai tanda kerendahan hati dan meminta berkah.

Setiap kali liburan atau saat berkumpul dengan keluarga, alkohol memainkan peran besar dalam perayaan. Meski sedang mabuk, mereka berani berkendara mengunjungi kerabat dan rekan kerja mereka, serta keluarga jauh.

Liburan Songkran biasanya berlangsung selama sepekan. Dari pengalaman tahun sebelumnya, kematian pada “tujuh hari dalam bahaya“ itu menelan korban jiwa hingga puluhan dan bahkan ratusan orang.

Pada hari libur Songkran seperti ini, biasanya lebih dari dua orang tewas dan 160 orang terluka setiap jam di jalan-jalan di Thailand.   

Agar kematian akibat kecelakaan lalu lintas seperti itu tidak terulang, pemerintah telah menerapkan aturan sejak awal tahun. Pengendara yang membawa kendaraannya dalam keadaan mabuk selama tujuh hari liburan itu akan dikenai sanksi.

Sanksi itu antara lain berupa penyitaan kendaraan. Pekan lalu, pemerintah juga sepakat untuk menerapkan hukum kerja amal di kamar mayat bagi para pelanggar aturan berkendara tersebut.

“Para pelanggar lalu lintas yang terbukti bersalah oleh pengadilan akan dikirim untuk melakukan kerja bhakti di kamar mayat atau ruang pemulasaran jenazah di rumah sakit,” kata Kolonel Polisi Kriangdej Jantarawong, Wakil Direktur Divisi Perencanaan Tugas Khusus.

"Itu adalah strategi yang digunakan untuk membuat pelanggar lalu lintas jera berkendara secara ugal-ugalan dan membawa kendaraan dalam keadaan mabuk,” kata Narongdej sambil mengatakan bahwa kebijakan itu untuk tujuan pencegahan.

Direktur Tanggap Darurat untuk Biro Kesehatan Publik, Anurak Amornpetchsathaporn, mengatakan, bekerja di kamar mayat rumah sakit dapat memberikan efek jera kepada pengendara. Hukuman membersihkan taman dan perpustakaan selama ini ternyata tidak efektif. "Mereka harus melihat kerusakan fisik dan mental yang sebenarnya," kata Anurak.

Menurut dia, “Di kamar mayat, mereka harus membersihkan dan memindahkan mayat, mudah-mudahan mereka akan merasakan sakit. Semoga mereka bisa mengerti dan memiliki hati nurani yang baik sehingga bisa lebih aman di jalan-jalan.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com