Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dunia Harus Bantu Pengungsi

Kompas.com - 31/03/2016, 06:28 WIB

Tim Redaksi

GENEVA, RABU — Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Rabu (30/3), menyerukan upaya global untuk menyelesaikan krisis pengungsi asal Suriah. Ia meminta negara-negara dunia membantu relokasi sekitar 480.000 pengungsi yang sampai saat ini belum memperoleh tempat berlindung.

Saat ini ada sekitar 4,8 juta pengungsi asal Suriah yang lari ke Turki, Lebanon, Jordania, dan Mesir akibat perang saudara di Suriah yang telah berlangsung lima tahun dan menewaskan lebih dari 250.000 orang.

"Kita berada di Konferensi Geneva ini untuk membicarakan krisis pengungsi terbesar dalam sejarah. Krisis ini membutuhkan solidaritas global yang luar biasa," kata Ban Ki-moon.

Komisi Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) mendesak negara-negara di dunia agar menampung pengungsi asal Suriah atas dasar pertimbangan kemanusiaan, reunifikasi keluarga, perawatan kesehatan, ataupun beasiswa sekolah agar para pelajar yang menjadi pengungsi bisa menyelesaikan pendidikan.

"Sekitar 10 persen dari 4,8 juta pengungsi masuk dalam kategori sangat rentan. Artinya, dibutuhkan sekitar 480.000 tempat sampai akhir 2018," ujar juru bicara UNHCR, Adrian Edwards.

Ban Ki-moon menceritakan pengalaman pribadinya ketika keluarganya menjadi pengungsi saat Perang Korea (1950-1953) meletus. Saat itu ia masih berusia enam tahun. Bagi Ban Ki-moon, kisah-kisah di mana para pengungsi telantar di kamp-kamp dengan kondisi yang sangat sulit memiliki makna personal.

"Upaya-upaya untuk mengutuk para pengungsi bukan saja menyakitkan hati, tetapi juga secara faktual salah," kata Ban Ki-moon, merujuk pada semakin meningkatnya retorika anti imigran yang diucapkan para pemimpin politik di negara maju.

Relatif kecil

Ban Ki-moon mengingatkan, jumlah 480.000 orang itu relatif "kecil" jika dibandingkan dengan jumlah pengungsi yang ditampung Irak, Jordania, Lebanon, dan Turki.

Pertemuan Geneva berlangsung saat Uni Eropa membuat kesepakatan dengan Turki soal penanganan pengungsi. Kesepakatan itu antara lain menyebutkan, setiap pengungsi ireguler- pengungsi yang tidak melalui prosedur seharusnya-dari Suriah yang dipulangkan ke Turki, akan ditukar dengan pengungsi Suriah asal penampungan di Turki untuk ditempatkan di Eropa.

PBB mengecam kesepakatan UE-Turki itu, yang dinilai ilegal serta bertentangan dengan hukum internasional dan hukum Eropa. Namun, para pemimpin Eropa-yang kini lega karena kesepakatan itu berhasil menyetop arus pengungsi yang menyeberang ke Yunani melalui Laut Aegean-berdalih, situasi yang dihadapi Eropa saat ini sudah "darurat luar biasa".

Pasca kesepakatan dengan Turki, Uni Eropa kini mengantisipasi kemungkinan banjir pengungsi dari Libya menuju Italia lewat jalur Laut Tengah.

Gelombang baru

Menurut Ketua Kebijakan Luar Negeri UE Federica Mogherini, ada sekitar 500.000 pengungsi yang bersiap-siap menyeberang ke Eropa. Menteri Pertahanan Perancis Jean Yves Le Drian menduga jumlahnya sudah mencapai 800.000 orang.

Pada tahun 2016, Kementerian Dalam Negeri Italia sudah mencatat kedatangan 13.829 pengungsi. Kapal-kapal patroli keamanan Italia yang bekerja sama dengan unit anti penyelundupan manusia, Frontex, kini bekerja keras untuk menyelamatkan perahu-perahu pengungsi yang karam.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com