Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Facebook Tutup Akun Pengguna yang Unggah Foto Wanita Aborigin Telanjang Dada

Kompas.com - 15/03/2016, 06:30 WIB
KOMPAS.com - Perusahaan jejaring sosial Facebook menutup sejumlah akun pengguna yang meneruskan sebuah artikel tentang feminisme warga Aborijin di Australia.

Persoalannya adalah, di dalam artikel itu diunggah sebuah foto dua perempuan adat dalam pakaian tradisional. Nah, Facebook tak mengizinkan foto payudara telanjang diunggah.

Sebelumnya, Celeste Liddle, seorang penulis dan feminis, berpidato dalam acara peringatan Hari Perempuan Internasional yang diselenggarakan Pusat Perempuan ‘Queen Victoria’. Isi pidato itu kemudian dipublikasikan media online ‘New Matilda’.

"Fokus utama dari keseluruhan ini adalah persimpangan antara feminisme dan hak adat," kata dia, seperti dikutip laman Australia Plus ABC, Senin (13/3/2016).

Ketika New Matilda menerbitkan pidato itu, hasil publikasinya termasuk foto dua perempuan yang berpartisipasi dalam upacara dengan mengenakan cat tubuh tradisional dan bertelanjang dada, pun diunggah.

Pidato Celeste itu pun menyebutkan insiden sebelumnya, di mana Facebook telah menghentikannya untuk meneruskan gambar perempuan Aborijin yang sedang menari, yang juga sedang bertelanjang dada.

"New Matilda ingin mempublikasikannya karena itu feminisme adat, dan mengapa mereka memilih gambar itu untuk menemani fotonya karena dalam pidato itu sendiri," kata dia.

"Dan Facebook menghapus konten itu karena ada gambar perempuan gurun berhias cat tradisional, melakukan tarian tradisional,” sambung dia lagi.

Setelah New Matilda menerbitkan artikel itu, Facebook menutup akun Celeste. Media sosial ini juga menangguhkan akun pengguna yang telah meneruskan artikel itu.

"Mereka menutupnya karena alasan ketelanjangan, jadi itulah alasan yang mereka berikan- ketelanjangan dan gambar seksual yang eksplisit," ungkap Celeste.

Celeste berusaha untuk menghubungi Facebook tentang masalah ini, tapi tidak berhasil. Ia mengatakan, Facebook tak memiliki pemahaman tentang budaya Aborijin.

Celeste lalu meluncurkan sebuah petisi, yang bertujuan untuk membuat Facebook meninjau kebijakannya, dan membuat mereka lebih inklusif secara budaya.

Ironisnya, para pengguna yang meneruskan petisi itu juga menghadapi pemblokiran.

"Dalam 11 jam, petisi itu sudah memperoleh 10.000 pendukung dan cukup luas disebarkan," kata dia.

"Tapi lucunya, petisi itu juga telah dilarang diunggah di Facebook, atau diturunkan dari beberapa posting, karena saya memasukkan gambar yang digunakan New Matilda dalam laporan berita asli mereka untuk menunjukkan apa yang sebenarnya dilarang Facebook," papar Celeste.

Dalam sebuah pernyataan tertulis, jurubicara Facebook mengatakan, "Kami menyadari bahwa para pengguna terkadang berbagi konten yang mengandung ketelanjangan karena alasan seperti kampanye kesadaran, proyek seni, atau investigasi budaya.”

"Alasan kami membatasi tampilan ketelanjangan adalah karena beberapa penonton dalam komunitas global kami mungkin sensitif terhadap jenis konten ini -terutama karena latar belakang budaya atau usia.”

"Dalam rangka untuk memperlakukan orang secara adil dan menanggapi laporan dengan cepat, penting bahwa kami memiliki kebijakan di mana tim global kami bisa menerapkannya secara sama dan mudah ketika meninjau konten.” 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com