Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anti-Islam Meningkat di AS, Perempuan Muslim Mulai Berlatih Bela Diri

Kompas.com - 12/03/2016, 15:30 WIB

NEW YORK, KOMPAS –  Retorika anti-Islam meningkat di Amerika Serikat (AS). Sebagai langkah antisipasi, karena merasa diri lebih rentan,  perempuan Muslim mulai bejalar bela diri.

Satu kelompok perempuan berjilbab, beranggotakan 20 orang,  telah memulai berlatih untuk menelamatkan diri pada saat-saat terdesak atau terancam.  Misalnya, mereka melatih berteriak, menangis, menendang, dan meninju lebih keras dari biasanya.

Nada-nada anti-Islam itu mulai menguat setelah bakal calon Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, menyatakan secara tegas dan terbuka di arena kampanye, Desember lalu. Saat itu, Trump melarang umat Islam masuk ke AS.

Sikap Trump tidak berubah. Dalam satu wawancara dengan CNN, beberapa hari lalu, ia juga menegaskan, “Umat Islam membenci kita!”.  Banyak warga AS juga mengecam sikap Trump itu.

Kaum perempuan Muslim, seperti dilaporkan Reuters pada Sabtu (12/3/2016),  mulai tekun berlatih yang  didampingi instruktur khusus bela diri. Setidaknya sudah ada 20 perempuan Muslim di New York sedang  mengikuti pelatihan itu.

Mereka mencermati secara saksama  apa yang dilakukan seorang instruktur saat mencontohkan cara meninju dengan benar,  Jumat lalu. 

 "Kiai!" teriak Rana Abdelhamid, perempuan berdarah AS-Mesir dengan sabuk hitam karate shotokan saat ia menunjukkan cara mendaratkan pululan pada sasaran.

Para perempuan itu sedang risau akibat meningkatnya retorika anti Muslim di AS. “Saya berjuang – Kiai! Saya ingin kalian berteriak sekeras-kerasnya,” kata  Abdelhamid, aktivis hak asasi manusia (HAM) Muslim dan penduduk asli Queens, New York, kepada kelompok itu.

Para wanita mengikuti latihannya,  termasuk bagaimana menangis lebih keras dari orang lain dan biasanya.  Pelatihan ini diprakarsai Abdelhamid khusus bagi kaum perempuan Muslim AS.

Latihan serupa mulai marak di seluruh AS setelah retorika anti-Islam itu menguat. "Anda bisa diserang di setiap kesempatan," kata Abdelhamid.

Salah satu perempuan yang mengikuti pelatihan itu, Kristin Garrity Sekerci, seorang warga AS dan baru saja berpindah memeluk Islam (mualaf). Ia mengatakan, ia ingin bisa membela diri jika diserang orang yang berbeda pandangan dan keyakinan dari dia.

"Anda ditentang. Ini tidak adil, tapi itu kenyataan. Dan Anda harus melengkapi diri untuk dapat menghadapi hal itu," kata Garrity Sekerci, yang bekerja dengan Islamophobia-tracking Bridge Initiative di Universitas Georgetown, Washington.

Kelompok advokasi Muslim seperti Council on American-Islamic Relations (CAIR) mengatakan,  anti-Islam di AS telah naik tiga kali lipat sejak serangan militan di Paris, Perancis, November lalu. Juga setelah penembakan oleh ekstrimis di San Bernardino, California, sebulan kemudian.

"Anda ditentang. Itu tidak adil, tetapi itulah kenyataannya. Anda harus siap-siap menghadapinya,” kata Garrity Sekerci, yang bekerja untuk Islamophobia-Tracking Bridge Initiative di Universitas Georgetown, Washington DC.

"Benar-benar ada kebutuhan bagi wanita Muslim untuk melindungi diri mereka sendiri dalam masyarakat ini," kata juru bicara CAIR Ibrahim Hooper.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com