Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Zuhairi Misrawi
Ketua Moderate Muslim Society

Intelektual Muda Nahdlatul Ulama dan Ketua Moderate Muslim Society. Pernah mondok selama 6 tahun di Pondok Pesantren al-Amien, Prenduan. Menyelesaikan kuliah di Jurusan Akidah-Filsafat Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir. Menerbitkan sejumlah buku. I Akun twitter @zuhairimisrawi

Siapa Kini Peduli Palestina?

Kompas.com - 04/03/2016, 11:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnu Nugroho


Pertanyaan ini layak diangkat ke permukaan, karena di tengah hiruk-pikuk politik di Timur-Tengah dan dunia, isu Palestina tenggelam bak ditelan ombak. Padahal dunia Barat saat ini jauh lebih ramah dan memihak terhadap Palestina.

Setidaknya hal tersebut bisa dilihat dari parlemen negara-negara Eropa yang memberikan dukungan penuh terhadap Palestina. 

Bendera Palestina berkibar di Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan Palestina untuk pertama kalinya diakui sebagai anggota pemantau yang kedudukannya sama dengan Vatikan.  

Namun, sekali lagi, isu Palestina di dunia Islam meredup. Krisis politik di kawasan Timur-Tengah telah menyebabkan isu Palestina tidak lagi menjadi prioritas pembahasan.

Kini, isu krisis politik di Suriah, Yaman, dan Libya jauh lebih mendapat perhatian menyusul besarnya jumlah pengungsi yang masuk ke Eropa akibat konflik politik yang berkepanjangan. 

Jujur, satu-satunya negara yang peduli terhadap isu Palestina adalah Iran. Negara ini konsisten mendukung faksi perlawanan di Palestina dengan membantu penuh Hamas. Dukungan Iran pada Hamas melebihi dukungan yang diberikan oleh negara-negara lain, dan tidak pernah bergeser hingga sekarang. 

Belakangan Qatar juga mengambil peran untuk membantu pembangungan dan normalisasi politik di dalam negeri Palestina.  

Namun harus diakui, kondisi obyektif Palestina saat ini tidak menentu, karena keterbelahan antara dua faksi besar, yaitu Hamas dan Fatah. Palestina secara diam-diam terbagi dalam dua wilayah, yaitu Tepi Barat dan Gaza, yang masing-masing dikuasai oleh dua kekuatan politik yang berbeda, bahkan berseteru panas-dingin. 

Hingga saat ini tidak ada kekuatan yang mampu meyakinkan kedua faksi tersebut untuk duduk bersama dan memikirkan kepentingan Palestina menuju kemerdekaan. Setidaknya harus dibuat peta jalan (road map) yang jelas untuk mengedepankan kepentingan yang lebih besar bagi Palestina, bukan kepentingan kelompok masing-masing. 

Dari tanggal 6-7 Maret yang akan datang, Indonesia akan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dengan tema khusus Palestina. Pertemuan ini akan dihadiri oleh 59 negara anggota OKI. Sebuah momen penting yang membuktikan kepedulian Indonesia terhadap Palestina.  

Saat kampanye Pilpres yang lalu, Presiden Joko Widodo berjanji akan memberikan perhatian penuh pada kemerdekaan Palestina. Dalam Konferensi Asia-Afrika yang lalu, Presiden juga menyampaikan pentingnya negara-negara Asia-Afrika menggemakan kembali dukungan bagi kemerdekaan Palestina. 

Sebagai warga negara, saya bersyukur Indonesia sekarang berperan aktif dalam mendorong kemerdekaan Palestina. Itu artinya, pemerintah tidak hanya bekerja untuk kepentingan dalam negeri, tetapi juga untuk perdamaian dunia dan hak warga Palestina yang selama ini tertindas. 

Kita pun sebagai negara-bangsa mempunyai kepedulian pada Palestina. Harapan saya, semoga kepedulian tersebut tidak hanya bersifat sesaat, tetapi dilakukan secara serius, sehingga Palestina benar-benar merdeka. Merdeka! 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com