Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obama: Citra Muslim Amerika Kerap Disalahartikan

Kompas.com - 04/02/2016, 08:39 WIB
KOMPAS.com - Setelah tujuh tahun menjabat, Presiden Barack Obama untuk pertama kalinya mengunjungi sebuahmesjid di Amerika. Dalam pidato di hadapan sejumlah tokoh Muslim Amerika di Islamic Center di Baltimore Rabu siang (3/2), Obama mengatakan citra warga Muslim Amerika kerap disalahartikan.

"Terlalu sering kita melihat orang-orang mencampurkan aksi teroris dengan agama atau keyakinan tertentu. Juga bagaimana baru-baru ini kita melihat retorika kampanye yang tidak beralasan dan seharusnya tidak terjadi di negara ini, yang membuat ancaman dan kekerasan terhadap warga Muslim meningkat. Bagaimana perempuan berjilbab diolok-olok, sejumlah anak-anak di-bully, beberapa masjid dirusak, perlakuan tidak adil terhadap sekelompok orang dalam masyarakat yang merusak kekokohan bangsa. Tindakan ini tidak mencerminkan Amerika," kata Presiden Obama.

Demikian petikan pernyataan Presiden Barack Obama di hadapan sejumlah tokoh Muslim-Amerika di Islamic Center of Baltimore. Obama mengatakan tidak dapat dipungkiri bahwa warga Muslim-Amerika terlalu sering dipersalahkan karena tindakan segelintir orang yang mengatasnamakan agama Islam.

Ini menurutnya bahkan terjadi dalam retorika kampanye pemilu saat ini. Meskipun tidak menyebut nama, tetapi jelas pernyataan Presiden Obama ditujukan kepada kandidat-kandidat calon presiden Partai Republik.

Donald Trump pernahmengusulkan larangan bagi imigran Muslim untuk masuk ke wilayah Amerika, yang ditegaskan oleh Ted Cruz yang menganjurkan hanya imigran Kristen yang boleh masuk.

Jangan ikuti permintaan untuk pilih agama atau patriotisme

"Jika ada orang yang menyangsikan keberadaan warga Muslim Amerika, tepat atau tidak berada disini, maka saya selaku Presiden Amerika menegaskan bahwa warga Muslim-Amerika berada di tempat yang tepat! Kalian sudah berada di tempat yang seharusnya. Kalian bukan saja Muslim Amerika, tetapi warga Muslim dan warga Amerika. Jangan mengikuti pernyataan orang-orang bodoh yang memintakalian memilih antara agama dan patriotisme," tambahnya.

Presiden Obama juga menyitir kecaman karena ia tidak pernah menyebut kelompok-kelompok radikal yang melancarkan aksi teror sebagai kelompok Islam radikal. Menurutnya semua pihak harus membuka mata bahwa sekelompok kecil orang yang mengatasnamakan agama untuk melakukan teror, tidak pantas mendapat legitimasi.

"Kelompok seperti ISIS tidak pantas mendapat legitimasi! Mereka berusaha keras menggambarkan kelompok itu sebagai gabungan pemimpin agama dan pejuang suci. Saya menolak memberi mereka legitimasi itu. Kita semua seharusnya juga tidak memberi ISIS legitimasi itu. ISIS tidak membela Islam. ISIS tidak membela warga Muslim. Justru mayoritas utama korban ISIS adalah laki-laki, perempuan dan anak-anak Muslim," ujarnya.

Ditambahkannya, selain tidak memberi legitimasi apapun kepada kelompok-kelompok semacam ISIS, Amerika harus menunjukkan bahwa warga Muslim-Amerika tidak tertekan.

"Kita harus menunjukkan bahwa di Amerika, kita menghormati dan merayakan keberhasilan warga Muslim Amerika. Dengan begitu kita tidak terjebak dalam propaganda para ekstrimis," tegas Presiden Obama yang disambut tepuk tangan meriah.

Ia mencontohkan keberadaan warga Muslim Amerika yang merancang gedung-gedung pencakar langit di Amerika, pemenang anugerah Nobel hingga olahragawan yang disegani.

Lebih jauh Presiden Obama mengajak warga Muslim Amerika berani menyampaikan kritik terhadap kondisi di Amerika dan dunia.

"Warga Muslim Amerika dengan percaya diri harus bisa memutuskan sendiri masa depan agama mereka. Mereka harus berani menentang ketidakadilan dimana pun," kata Presiden Obama.

Presiden Obama pernah kunjungi masjid di banyak negara, termasuk Indonesia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com