Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Eks Agen FBI Marah karena Agen Itu Tak Ada Dalam Pertukaran Tawanan dengan Iran

Kompas.com - 19/01/2016, 10:52 WIB
WASHINGTON, KOMPAS.com - Keluarga seorang warga Amerika yang hilang di Iran sekitar sembilan tahun lalu merasa hancur dan marah karena dia ternyata tidak termasuk dalam pertukaran tawanan yang berlangsung pada akhir pekan lalu.

Keluarga itu pun mengekspresikan rasa frustrasi mereka pada Senin (18/1/2016).

"Mengapa pertukaran tawanan dengan Iran tidak termasuk ayah saya?" tanya Sarah Moriarty, putri mantan agen FBI, Robert Levinson.

Levinson (67 tahun) telah hilang hampir satu dekade. Ia hilang secara misterius pada Maret 2007, saat berkunjung ke pulau Kish, Iran. Ketika itu, ia dilaporkan sedang menyelidiki pemalsuan rokok di kawasan tersebut.

Saat berbicara atas nama keluarganya yang merasa "hancur dan marah", Moriarty mencermati  penangkapan dan negosiasi AS bagi pembebasan sejumlah warga Amerika selama penyekapan panjang terhadap ayahnya, yang sudah mencapai 3.237 hari sejauh ini.

"Kami bahagia bersama keluarga mereka. Kami mengalami penderitaan mereka. Tetapi kabar ini sangat menyakitkan. Dan kami tidak bisa lagi menahan kepedihan kami, apalagi kemarahan kami," tulisnya di CNN.com.

Lima warga AS telah dibebaskan Iran, empat merupakan bagian dari pertukaran tawanan dengan Amerika, sementara yang kelima dibebaskan dalam sebuah proses terpisah.

Pengkhianatan

Moriarty mengecam "perhitungan risiko yang diambil untuk memutuskan bahwa lima sandera itu cukup untuk kesepakatan tersebut."

"Sebuah batas waktu untuk menyelesaikan segala sesuatu terkait hubungan kita saat ini dengan Iran adalah pada 16 Januari ... hal itu bagi keluarga kami berarti pemerintah kita merasa puas dengan meninggalkan ayah saya di belakang," kata Moriarty.

"Kami menonton saat kamera TV dan surat kabar serta internet mengabadikan setiap momen ketika keluarga-keluarga itu dengan senang hati memeluk orang-orang terkasih mereka yang sudah lama hilang, sementara ayah saya, yang mengalami penyanderaan terlama dalam sejarah Amerika, merana di suatu tempat di sana, semakin lemah dari hari ke hari. Terlupakan."

Dia juga berbicara tentang "pengkhianatan" pemerintah Amerika karena tidak memberi tahu keluarga Levinson terlebih dahulu tentang pertukaran tahanan itu.

Moriarty mencatat bahwa sejumlah pejabat AS membutuhkan lebih dari satu jam untuk mengkonfirmasi ibunya bahwa suaminya bukan merupakan bagian dari kesepakatan.

"Kami sangat berterima kasih bahwa Presiden (Barack Obama) yang menyebutkan nama ayah saya dalam pidatonya pada hari Minggu. Namun ia (Presiden) belum memberi tahu ibu saya untuk menceritakan kepadanya apa yang dimaksudkan dengan 'bekerja sama', atau apa yang dia (Presiden) lakukan berikutnya guna membuat ayah saya pulang," tulis Moriarty.

"Kami yakin pemerintah AS tidak menggunakan leverage terbaiknya untuk membawa ayah saya kembali ke rumah."

Walau belum ada konfirmasi resmi tentang keberadaan Levinson selama hampir satu dekade, Moriarty menegaskan, "keluarga saya percaya Iran tahu persis di mana ayah saya berada dan bahwa pemerintah kita mengetahui hal itu."

Dia bersumpah tidak akan menyerah sampai Levinson kembali berada bersama keluarganya.

"Kami tidak akan diam. Kami tidak akan pernah menyerah, kami tidak akan pernah berhenti, sampai ayah saya kembali berada di rumah," tulis Moriarty.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com