Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korea Utara Diminta Bertanggung Jawab atas Penculikan 13 Warga Jepang

Kompas.com - 18/01/2016, 20:11 WIB
TOKYO, KOMPAS.com — Utusan khusus PBB untuk hak asasi manusia di Korea Utara menyatakan, negara yang dipimpin Kim Jong Un itu harus bertanggung jawab atas penculikan dengan dukungan negara, Senin (18/1/2016).  

Penculikan tersebut dianggap sebagai "sebuah kejahatan terhadap kemanusiaan".

Kecaman yang disampaikan Marzyuki Darusman, saat berbicara dalam sebuah pertemuan dengan anggota keluarga Jepang yang anak-anak dan saudaranya diculik oleh Korea Utara, merupakan teguran terbaru terhadap Pyongyang atas pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang lebih luas.

"Ini bukan hanya tragedi, melainkan sebuah kejahatan terhadap kemanusiaan," kata Darusman, utusan khusus PBB untuk HAM di Korea Utara, kepada reporter.

Darusman menyerukan Korea Utara untuk "mengakui bahwa penculikan itu telah dilakukan oleh negara dengan keterlibatan dan pengetahuan pada taraf tertinggi kepemimpinan".

Utusan khusus PBB tersebut akan melaporkan penemuan dan rekomendasi kepada Dewan HAM PBB pada Maret mendatang, sebelum berakhirnya masa jabatan Darusman pada Juli.

Darusman ikut terlibat dalam pembuatan laporan Komisi Penyelidikan PBB tentang HAM di Korea Utara pada 2014 yang merinci pelanggaran mengerikan di negara terkucil itu.

Setelah laporan itu diterbitkan, Dewan Kemananan PBB secara formal akan membahas persoalan tersebut.

Korea Utara pada 2002 mengakui bahwa negaranya memerintahkan agen untuk menculik 13 warga Jepang pada tahun 1970-an dan 1980-an.

Para agen penculik itu sebelumnya telah dilatih bahasa dan budaya Jepang.

Namun, sumber tak resmi menyebutkan bahwa sebenarnya jumlah warga Jepang yang diculik lebih dari 13 orang.

Lima dari korban penculikan itu dipulangkan ke Jepang dan sisanya diklaim sudah tewas meski tanpa disertai bukti yang valid.

Sekitar 500 warga Korea Utara juga diculik oleh Korea Utara pada masa Perang Korea dari 1950 hingga 1953.

Minimnya hubungan diplomatik antara kedua negara itu, ditambah dengan status buruk Pyongyang terkait program rudal dan nuklirnya, menghambat penyelesaian kasus tersebut.

"Anak saya tercinta diculik dan bertahun-tahun telah berlalu," kata Sakie Yokota yang putrinya berusia 13 tahun, Megumi, diculik pada 1977, kepada Darusman.

Yokota mengaku sudah 38 tahun dia tidak bisa bertemu ataupun berbicara dengan anaknya. Sampai saat ini, dia belum mendapat kabar tentang nasib Megumi.

Korea Utara menyebutkan bahwa Megumi sudah bunuh diri. Namun, orangtuanya tidak memercayai pernyataan itu.

Pada 2014, Korea Utara dan Jepang mencapai kesepakatan untuk menyelidiki kasus penculikan warga Jepang kendati Tokyo merasa frustrasi karena investigasi itu tidak menunjukkan adanya kemajuan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com