Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Iran dan Arab Saudi Bermusuhan?

Kompas.com - 06/01/2016, 09:17 WIB
KOMPAS.com — Arab Saudi memutus hubungan dengan Iran di tengah pertikaian hukuman mati terhadap ulama Syiah terkemuka Arab Saudi, Sheikh Nimr al-Nimr. Kedua kekuatan berada pada posisi yang berseberangan dalam sejumlah konflik kawasan. Namun, mengapa mereka bersaingan?

Iran mengatakan, Arab Saudi akan menghadapi "pembalasan Ilahi" terkait eksekusi, dan Kedutaan Besar Saudi di Teheran diserang pengunjuk rasa yang marah pada hari Minggu malam.

Inilah tujuh alasan Arab Saudi dan Iran bermusuhan:

Agama

Kemungkinan faktor paling signifikan di balik persaingan adalah bahwa masing-masing negara memandang dirinya sebagai pemangku agama Islam dalam versi yang berbeda.

Muslim terpisah dalam dua kelompok utama, yaitu Sunni dan Syiah. Perpecahan berasal dari pertikaian yang terjadi tidak lama setelah meninggalnya Nabi Muhammad tentang siapa yang seharusnya memimpin umat Muslim.

Saudi adalah negara di mana terdapat dua tempat paling suci dalam Islam, yaitu Mekkah dan Madinah, sehingga menyatakan diri sebagai "pemimpin Sunni dunia".

Iran memiliki penduduk Syiah terbesar dunia dan sejak revolusi Iran pada tahun 1979 menjadi "pemimpin dunia Syiah".

Geopolitik

Keduanya bersaing untuk memengaruhi negara-negara tetangganya dan terdapat kecurigaan tentang pengaruh Iran terhadap kelompok minoritas Syiah di Arab Saudi, di samping masyarakat Syiah di Bahrain, Irak, Suriah, dan Lebanon.

Program nuklir Iran dan kemungkinan bahwa negara itu pada suatu hari akan memiliki senjata nuklir juga membuat khawatir tetangganya, terutama Arab Saudi.

Ideologi politik

Arab Saudi dikuasai seorang raja dan bentuk pemerintahannya adalah Islam konservatif.

Iran memiliki bentuk Islam yang lebih revolusioner dan pemimpin revolusi tahun 1979,  Ayatollah Khomeini, memandang monarki tidak sesuai dengan Islam.

Agenda berhaluan Islam Syiah radikal yang diluncurkan pada revolusi 1979 dipandang sebagai suatu penentangan terhadap rezim konservatif Sunni, terutama di kawasan Teluk, dan terdapat kecurigaan mendalam di dunia Arab terkait usaha Iran untuk mengekspor revolusinya ke negara-negara tetangga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com