Kementerian Luar Negeri Vietnam mengatakan lapangan terbang itu dibangun secara ilegal di perairan Kepulauan Spratly yang tercakup dalam wilayah Vietnam.
Atas dasar itu, seperti dilaporkan kantor berita Reuters, Kementerian Luar Negeri Vietnam telah menyerahkan nota protes kepada Kedutaan Besar China di Vietnam dan meminta China tidak mengulangi tindakannya.
Pendaratan pesawat tersebut, menurut Vietnam, “merupakan pelanggaran serius terhadap kedaulatan Vietnam di Kepulauan Spratly.”
Di sisi lain, pemerintah China menegaskan bahwa kawasan Kepulauan Spratly ialah kepunyaan China sehingga pendaratan pesawat di wilayah tersebut tidak melanggar kedaulatan negara manapun.
“China punya kedaulatan yang tidak terbantahkan di Kepulauan Nansha dan perairan di sekitarnya. China tidak akan menerima tuduhan tidak berdasar dari pihak Vietnam,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, seraya merujuk Kepulauan Spratly dalam versi pemerintah China.
Soal pendaratan pesawat, Hua mengatakan tindakan itu merupakan uji coba untuk mengetahui apakah fasilitas lapangan terbang yang dibangun di Kepulauan Spratly telah memenuhi standar penerbangan sipil.
Saling klaim
Sejumlah kawasan di Laut China Selatan menjadi sengketa antara beberapa negara, termasuk China, Filipina, dan Vietnam.
Namun, beberapa tahun terakhir, China memperkuat klaimnya dengan mereklamasi pulau-pulau.
Negara-negara lainnya, seperti Vietnam dan Filipina, tidak menerima langkah tersebut dan menengarai bahwa China tengah melengkapi pulau-pulau yang direklamasi dengan berbagai fasilitas yang dapat digunakan untuk tujuan militer.
Amerika Serikat menilai perkembangan situasi di Laut China Selatan dapat menambah ketegangan.
Karena itu, Pooja Jhunjhunwala selaku juru bicara Departemen Luar Negeri AS, mengatakan bahwa “ada kebutuhan mendesak bagi pihak-pihak pengklaim untuk sama-sama berkomitmen menghentikan reklamasi daratan, membangun fasilitas-fasilitas bari, dan militerisasi di lahan sengketa.”
“Kami mendesak semua pihak pengklaim untuk mengurangi ketegangan secara aktif dari aksi-aksi unilateral yang mengesampingkan stabilitas regional dan mengambil langkah-langkah untuk menciptakan ruang bagi munculnya solusi diplomatik yang bermakna,” lanjut Jhunjhunwala.
Foto satelit
Beragam foto-foto satelit yang dilansir majalah kajian pertahanan IHS Jane's Defence Weekly pada April lalu menunjukkan China membuat lapangan terbang di Fiery Cross Reef yang masuk dalam kawasan Kepulauan Spratly.
Di daratan tersebut, menurut laporan itu, landasan pacu sepanjang 3.000 meter bisa dibuat.
Dari foto-foto satelit tampak pula pembangunan di bagian selatan Fiery Cross Reef, yang amat mungkin merupakan proyek pengembangan pelabuhan.
China menegaskan proyek-proyek tersebut sah secara hukum dan diperlukan demi melindungi kedaulatannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.