Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Amerika-Muslim Minta Donald Trump Stop Lontarkan Tuduhan

Kompas.com - 08/12/2015, 15:31 WIB
JERSEY CITY, KOMPAS.com — Sejumlah warga Amerika Serikat yang beragama Islam meminta Donald Trump untuk berhenti mendorong kekerasan dengan seruan atau pernyataan kontroversialnya. Terakhir Trump menyerukan penghentian total imigrasi kaum Muslim ke AS.

Sementara itu, seorang pemilik toko di New York telah dipukuli dalam sebuah kejahatan yang mungkin berbau rasial.

Seruan kontroversial bakal calon presiden AS dari Partai Republik itu dilihat sejumlah aktivis sebagai bagian dari reaksi anti-Muslim yang belum pernah terjadi sebelumnya menyusul serangan teror di Paris dan penembakan di California oleh pasangan yang diyakini telah menjadi ekstremis.

"Dia sedang membenarkan orang-orang untuk menyakiti kami," kata Ahmed Shedeed, yang pindah ke Amerika Serikat dari Mesir tahun 1980. Dia bergelar sarjana teknik pertanian dan saat ini mengelola sebuah biro perjalanan. Dia juga menjabat sebagai Direktur Islamic Center of Jersey City.

Ia berbicara kepada kantor berita AFP di sebuah masjid. Ia menuduh Trump memprovokasi kebencian dan kekerasan.

"Saya meminta kepadanya, saya memohon kepadanya. Hentikan semua tuduhan. Lihatlah komunitas Muslim sebagai bagian dari mozaik Amerika dan kami adalah bagian dari Amerika. Kami tidak akan ke mana-mana..."

Warga Amerika-Muslim mengatakan bahwa mereka takut. Mereka berbicara tentang sejumlah pengalaman dilecehkan dan diteror.

Hanya beberapa jam sebelum seruan Trump untuk mengakhiri imigrasi kaum Muslim, sejumlah tokoh masyarakat dari New Jersey bertemu para penyelidik untuk meminta mereka menindak serius kejahatan terkait kebencian terhadap Muslim.

Council on American-Islamic Relations (CAIR), yang merupakan kelompok kebebasan sipil Muslim terbesar di AS, mengatakan, pihaknya telah mendokumentasikan gelombang kekerasan, vandalisme, dan tindakan diskriminasi pada bulan lalu.

"Ini sembrono dan sama sekali tidak Amerika. Donald Trump terdengar lebih seperti seorang pemimpin massa ketimbang pemimpin sebuah bangsa yang besar seperti kita," kata Direktur Eksekutif CAIR, Nihad Awad, dalam konferensi pers di Washington, DC.

Ancaman kematian

Walau data sulit dijabarkan, komunitas warga Amerika-Muslim sebagian besar berasal dari kaum imigran. Banyak di antaranya telah makmur sejak meninggalkan Asia dan Timur Tengah untuk mencari kehidupan yang lebih baik di AS.

Sebuah survei Pew Research Center tahun 2011 memperkirakan, ada 2,75 juta orang Muslim di Amerika Serikat, walau para anggota komunitas itu menyebut jumlah enam sampai 12 juta orang.

Setelah penembakan mematikan di California, Presiden Barack Obama meminta rakyat Amerika untuk tidak melakukan diskriminasi terhadap umat Islam. Obama juga meminta komunitas Muslim untuk berbuat lebih dalam "menentang ideologi ekstremis".

Shedeed mengatakan, pidato Obama itu membuatnya bangga menjadi warga Amerika.

Sarker Haque, pemilik sebuah toko di New York, babak belur kepalanya oleh seorang pria yang kata dia anti-Muslim. Dia mengatakan, pria itu datang pada waktu makan siang hari Sabtu dan melotot tajam ke setumpuk koran yang menampilkan foto perempuan pelaku penembakan di California. Orang itu kemudian berkata kepada Hague, "Hey sobat, apa semua barang di toko ini gratis?"

Setelah bertindak tidak menentu, dia mengatakan pria kulit putih berusia 50-an tahun itu meninju dia di kepala. Pria itu memukulnya di wajah dan kepala, melukai bibirnya, menendang rusuknya, dan membuat tangan kirinya dislokasi dan harus dirawat di rumah sakit. Sebuah memar besar masih terlihat di bawah kelopak mata Haque.

Haque mengatakan, serangan itu telah membuatnya takut. "Saya tidak pernah merasa tidak aman sebelumnya," katanya. "Sekarang saya harus menegok ke kiri dan kanan."

Polisi mengatakan, tersangka telah ditangkap terkait penyerangan itu.

Haque mengatakan, dia yakin peristiwa itu merupakan kejahatan yang berlandaskan kebencian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com