Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kamerun Ingin Angkat Kembali Budaya Tradisionalnya

Kompas.com - 05/12/2015, 16:01 WIB
DOUALA, KOMPAS.com - Musik urban makossa, bikutsi, assiko, atau benskin, amat populer di Kamerun. Pria maupun wanita kerap bergoyang mengikuti beat dari genre dance music tersebut di jalanan atau pesta-pesta, maupun dalam peringatan penting seperti perkawinan atau kematian.

Para perempuan mempraktikkan musik dan tari ini dengan kabba, busana longgar dengan teknik batik motif tribal berwarna cerah. Sedangkan anak-anak mudanya memilih pakaian yang lebih "kekinian" seperti tank top dan celana pendek.

Kesan yang tertangkap dari musik, tari, dan busana ini sama, mereka orang-orang yang ekspresif dan berani.

Seiring perkembangan industri musik, para pemusik muda menjadi semakin inovatif dengan memadukan rhythm Afrika dengan tren seperti hip hop dan R&B.

Kamerun pun memiliki banyak talenta baru yang butuh diperkenalkan pada produser musik agar karyanya semakin terekspos.

Untuk itulah, Ratu International Festival digelar. Event yang diselenggarakan di Douala, Kamerun, 3-5 Desember 2015 ini bermaksud mempromosikan, mengedukasi, dan merayakan musik, film, dan fashion.

Kompetisi di bidang musik diadakan untuk mengangkat kembali musik tradisional di kalangan anak muda.

Masing-masing peserta diminta membawakan dua lagu ciptaan mereka sendiri: lagu tradisional, atau lagu yang digubah sendiri.

Jika memilih lagu tradisional, seluruh atribut yang dikenakan juga harus tradisional termasuk instrumen pengiring dan kostumnya.

"Kalau menggubah lagu sendiri yang dipengaruhi musik R&B, baik gayanya maupun caranya menginterpretasi musik harus diperhatikan agar tidak terlalu kencang unsur R&B-nya," ujar Marcelia Lesar, penyanyi soul Indonesia yang menjadi salah satu juri kompetisi musik di festival ini.

"Jangan menjadikan hal itu sebagai identitas mereka agar tidak hilang sisi Kamerun-nya. Seharusnya mereka bangga dengan instrumen lokal yang bisa berkolaborasi dengan beat modern," ujar Marcelia.

DINI ADICA Dua musisi Kamerun memainkan alat musik tradisional.
Busana tradisional

Untuk kompetisi desain fashion, Ratu Erma Olierhoek, desainer Indonesia di Kamerun yang juga penggagas festival ini, menekankan pada penggunaan kain tradisional Afrika. Termasuk, beberapa di antaranya yang menggunakan teknik batik.

Seperti diketahui, saat ini busana tradisional sudah banyak dimodifikasi menjadi busana kasual.

"Kompetisi ini menekankan pada kreativitas, keunikan, dan tren inovatif dari desain fashion yang akan ditampilkan, dan menggunakan kain tradisional Afrika dalam prosesnya," tutur Erma.

Dalam seleksi lomba fashion di Hotel Starland, Douala, Jumat (4/12), terlihat peserta merancang gaun malam dengan kain motif tribal atau bunga-bungaan yang dibuat dengan teknik batik.

Adapun para sutradara Kamerun juga telah membawa industri film ke tingkat yang lebih tinggi. Dengan karya filmnya, beberapa produser telah berhasil meraih sejumlah penghargaan.

Film "Ninah's Dowry" yang baru saja merebut sejumlah penghargaan membuat Kamerun menjadi salah satu negara pembuat film terbaik di Afrika. (Dini Adica)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com