Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putin: Pemerintah Turki Akan Menyesal

Kompas.com - 04/12/2015, 02:30 WIB
Kontributor Singapura, Ericssen

Penulis

MOSKWA, KOMPAS.com - Presiden Rusia Vladimir Putin kembali melancarkan seruan keras terhadap Pemerintah Turki.

“Kami akan mengingatkan mereka (Turki) kembali atas apa yang telah mereka perbuat. Mereka akan menyesali perbuatannya,” tegas Putin dengan nada berapi-api dalam pidato nasional tahunannya di Moskwa, Kamis (3/12/2015).

Putin juga memperingatkan Istanbul, merupakan kesalahan besar untuk berpikir bahwa sanksi yang telah dijatuhkan Moskwa hanya akan terbatas dalam bentuk sanksi ekonomi.

Sebab, Rusia berencana untuk kembali menjatuhkan sanksi yang lebih luas kepada Turki, menyusul penembakan pesawat oleh militer negeri itu di akhir bulan lalu.

Putin menyebut perbuatan Turki sebagai sebuah kejahatan perang. “Kami tidak berencana untuk menciptakan eskalasi militer, namun jangan pikir mereka dapat kabur begitu saja setelah melakukan kejahatan perang yang mengerikan ini.”

Putin juga menyinggung mengenai Tuhan dalam pidatonya ini. Tanpa ragu dia menyebut bahwa Tuhan telah menghukum Pemerintah Turki, sehingga mereka telah kehilangan akal sehat dan kebijaksanaan.

“Barangkali Tuhan mengetahui mengapa mereka melakukan itu,” kata Putin.

Namun, Putin menambahkan, dia tidak ingin mengeneralisasi tindakan itu sebagai pilihan seluruh warga Turki. Baginya, yang bermasalah adalah Pemerintah negeri itu. Sedangkan Rusia mempunyai banyak teman di Turki yang dapat dipercaya dan diandalkan.

Sesaat setelah pidato nasional, Rusia tanpa basa basi langsung membekukan kerjasama pembangunan pipa gas antara kedua negara itu.

Pembekuan ini menjadi simbol kuat kemarahan Moskwa atas insiden itu. Sejauh ini, belum ada komunikasi antara kedua pemimpin negara, Erdogan dan Putin.

Orang nomor satu Rusia itu masih berang dengan Erdogan yang bersikeras menolak meminta maaf. Putin menolak panggilan telepon yang dilayangkan oleh Erdogan.

Keduanya juga tidak mencoba bertemu ketika berada satu lokasi saat Konferensi Perubahan Iklim di Paris awal pekan ini.

Baik Rusia maupun Turki masih bersikeras bersikukuh dengan versi kejadian mereka masing-masing.

Konflik diperumit ketika Putin menuduh Turki berkomplot dengan kelompok teroris Negara Islam rak dan Suriah (ISIS) melalui perdagangan minyak.

Tuduhan ini dibantah mentah-mentah oleh Erdogan yang menantang negeri Beruang Merah membuktikannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com