Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deputi PM Malaysia: ISIS Seharusnya Dilabeli "Daesh"

Kompas.com - 24/11/2015, 20:35 WIB
Kontributor Singapura, Ericssen

Penulis

Sumber BBC.com
PUTRAJAYA, KOMPAS.com — Deputi Perdana Menteri Malaysia Ahmed Zahid Hamidi menyerukan penggunaan kata “Daesh” untuk melabeli Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

“Kelompok ini telah merusak citra Islam. Mereka adalah militan. Seharusnya mereka dipanggil Daesh,” kata Zahid seperti dikutip Malay Mail Online, Selasa (24/11/2015).

Seruan Zahid muncul di tengah permintaan sejumlah pemimpin dunia lainnya untuk berhenti mengaitkan terorisme dengan Islam.

“Mereka berpikir, bertempur untuk Daesh sebagai jalan pintas ke surga, saya berharap mereka akan sampai di 'tempat lain'," tutur politisi yang juga menjabat menteri dalam negeri ini.

Zahid juga membantah hasil studi dari Pew Research Centre yang menyatakan bahwa ada sekitar 11 persen yang mendukung atau bersimpati terhadap kelompok militan yang menewaskan 130 orang dalam serangan teror di Paris dua pekan lalu itu.

“Studi itu bukanlah refleksi dari kenyataan di lapangan” kata Zahid.

Daesh adalah sebuah akronim untuk frasa Arab al-Dawla al-Islamiya al-Iraq al-Sham (Negara Islam Irak dan Mediterania). Pada dasarnya, Daesh adalah kata lain dari ISIS.

Namun, tampaknya kelompok militan ISIS tidak menyukai kata tersebut. Mengapa? Kata itu sama dengan istilah Arab, "daes", yakni seseorang yang meremukkan sesuatu di bawah kaki, dan mirip dengan "dahes", yang berarti orang yang menabur perselisihan.

Menurut NBC, ISIS dikabarkan mengancam akan memotong lidah siapa pun yang memakai istilah itu.

Evan Kohlmann, seorang analis keamanan nasional, mengatakan kepada NBC, "Itu (Daesh) adalah istilah yang menghina, dan bukan sesuatu yang harus diucapkan orang, sekalipun kamu tidak menyukai mereka."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com