Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi Pengungsi Suriah yang Mengambang di Laut Diselamatkan Nelayan

Kompas.com - 26/10/2015, 11:28 WIB
KOMPAS.com — Video memilukan tentang seorang bayi asal Suriah yang ditemukan mengambang di Laut Aegean dan diselamatkan dua nelayan Turki beredar di internet.

Kedua nelayan tersebut menghampiri anak laki-laki yang tak sadarkan diri itu setelah perahu yang ditumpangi keluarganya tenggelam dalam perjalanan dari Turki ke Yunani.

Bocah kecil tersebut mengenakan jaket pelampung saat ditemukan mengambang dengan wajah telungkup.

Namun, begitu dia berada di atas kapal, salah seorang nelayan langsung menyadari bahwa anak itu masih hidup.

Kedua nelayan segera berusaha memulihkan kondisi bayi itu, yang pada awalnya mereka pikir sudah meninggal.

Kapten kapal itu mengatakan kepada harian Hurriyet, "Dia pucat. Kami menduga dia menderita hipotermia karena dia dingin dan tangan serta kakinya pucat. Mulutnya pun berbusa."

Anak laki-laki itu, yang diidentifikasi sebagai Muhammad Hasan, kemudian dibawa ke Kusadasi, kota di pantai barat Turki. Dari sana, dia dibawa ke Izmir, dan bersatu kembali dengan keluarganya.

Foto-foto memilukan tentang penderitaan para pengungsi itu muncul dua bulan setelah sejumlah foto bocah Suriah berusia tiga tahun yang tewas tenggelam, Aylan Kurdi, mengguncang dunia.

Terlepas dari penyelamatan itu, sejumlah pengungsi lain telah tewas dalam perjalanan mereka dari Suriah yang dilanda perang ke Eropa dalam beberapa hari terakhir.

Seorang perempuan dan dua anak tenggelam, serta tujuh orang lainnya masih hilang, setelah sebuah perahu karet yang membawa puluhan imigran yang berangkat dari Turki menghantam batu di dekat Pulau Lesbos, Yunani, menurut otoritas Yunani, Minggu (25/10/2015).

Sebanyak 53 orang lainnya, menurut seorang pejabat Yunani, berhasil mencapai daratan setelah perahu karet itu tenggelam sesaat sebelum fajar pada hari Minggu di perairan berombak. "Kondisi saat itu sangat berangin, (berkecepatan) sekitar enam atau tujuh Beaufort," kata pejabat itu.

Anak-anak tewas itu berusia dua dan tujuh tahun. Etnis mereka tidak diketahui.

Sebuah helikopter militer dan kapal penjaga pantai Yunani mencari tujuh orang itu, yang diyakini telah naik perahu karet tersebut di pantai Turki, tetapi tidak mencapai Lesbos. Badan pemantau perbatasan Uni Eropa, Frontex, berkontribusi dalam pencarian itu dengan mengerahkan sebuah helikopter dan kapal patroli.

Peristiwa pada hari Minggu itu menambahkan total kematian para pengungsi di Aegean, yang tetap menjadi titik persimpangan populer bagi ratusan ribu orang yang melarikan diri dari perang atau kesulitan lainnya.

Dalam sebuah tragedi lain di Libya, Bulan Sabit Merah melaporkan, 43 orang terdampar di pantai timur ibu kota Tripoli pada akhir pekan lalu ketika mencoba untuk menyeberangi Laut Tengah, menurut Agence France-Presse (AFP). Sebanyak 29 mayat ditemukan pada hari Sabtu dan 14 mayat pada Minggu, selain enam orang lain yang ditemukan pada Rabu. Para korban tewas diyakini merupakan orang-orang Afrika.

Lebih dari setengah juta orang, menurut badan pengungsi PBB, telah tiba di Yunani pada tahun ini. Tidak ada angka pasti tentang koran tenggelam walau penjaga pantai Yunani telah menerbitkan laporan hampir setiap hari tentang para migran yang ditemukan tewas atau yang belum ditemukan, kebanyakan adalah anak-anak yang masih sangat muda.

Dari sekitar 650.000 orang yang telah menyeberang ke Eropa tahun ini, melalui Yunani atau negara lain seperti Italia, lebih dari 3.000 orang telah tewas atau hilang. Demikian angka menurut data Organisasi Internasional untuk Migrasi atau IOM.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com