Selama hampir dua bulan, ribuan kebakaran akibat penebangan dan pembakaran lahan di Indonesia telah menyelimuti hamparan luas wilayah Asia Tenggara, menyebabkan penyakit pernapasan melonjak, sekolah-sekolah tutup, dan puluhan penerbangan dan beberapa acara internasional dibatalkan.
Thailand biasanya luput dari dampak terburuk kebakaran hutan di Indonesia, yang setiap tahun menimpa Malaysia dan Singapura. Namun dalam beberapa pekan terakhir, angin telah membawa kabut asap lebih jauh ke utara.
Hal itu memicu ketegangan dan menimbulkan masalah bagi industri pariwisata yang sangat penting bagi negara itu.
Sejumlah pejabat Thailand, Kamis, mengatakan kualitas udara telah anjlok ke tingkat yang tidak sehat di tujuh provinsi di selatan. Tingkat polisi udara tertinggi tercatat di provinsi Songkhla di barat daya negara itu di mana sejumlah penerbangan telah ditunda atau berbalik arah.
"Ini dianggap sebuah krisis. Ini krisis terburuk dalam 10 tahun terakhir," kata Halem Jemarican, kepala Kantor Lingkungan Hidup di provinsi Songkhla, kepada AFP via telepon.
"Faktor utamanya angin. Angin kecang di daerah asal asap tetapi saat mencapai Thailand angin melemah sehingga kabut bertahan lama di sini," tambahnya.
Seorang petugas di Bandara Hat Yai Songkhla mengatakan, tiga penerbangan dari Bangkok ditunda pada Kamis karena kabut asap, sementara sebuah penerbangan lain dari Bangkok ke Hat Yai pada Rabu malam harus dialihkan ke Surat Thani.
Thailand Selatan menawarkan banyak pantai tropis yang masih alami dan merupakan tujuan wisata yang sangat populer.
Pada awal bulan ini, sejumlah pesawat yang penuh turis ke pulau wisata Phuket dan Koh Samui terpaksa berbalik arah karena kabut asap yang tebal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.