“Kalian bawa pistol ke kelas? Baiklah, kami bawa DILDO ke kelas,” tulis Jessica Jin, panitia Campus (DILDO) Carry, di laman Facebook-nya.
Sekitar 3.000 orang telah menandatangani dukungan terhadap protes yang direncanakan dilakukan tahun depan, ketika undang-undang baru tersebut mulai berlaku.
Gubernur Negara Bagian Texas, Greg Abbott, menyetujui peraturan "senjata di kampus", Juni 2015. Dengan UU tersebut, kampus dibolehkan membuat “zona bebas senjata”.
“Lihatlah, sekarang di Texas, bukanlah hal buruk membawa senjata ke kelas. Sementara kebebasan dalam mengeskpresikan seksualitas diatur sangat ketat di sini,” klaim Jin, yang merupakan mahasiswi Universitas Texas, di Austin.
Kontroversi
Minggu lalu, profesor ekonomi Universitas Texas, Daniel Hamermesh, mengundurkan diri karena merasa tidak aman, menyusul akan segera diberlakukannya undang-undang baru itu.
Banyak warga Texas menilai, mempersenjatai warga sipil dan membuat mereka berhadap-hadapan langsung dengan "penyerang" hanya akan menambah kekacauan dan jumlah korban jiwa.
Ketika terjadi penembakan di Roseburg, Oregon, beberapa waktu lalu, seorang mahasiswa sebenarnya memiliki senjata. Namun, dia tidak menggunakannya karena takut polisi akan salah sangka dan menudingnya sebagai pelaku.
Sementara aktivis pendukung penggunaan senjata menentang tindakan Jin di laman Facebook Campus (DILDO) Carry.
“Ini adalah salah satu contoh degradasi moral di kampus Amerika,” tulis seorang pengkritik.
“Sebagai orangtua, saya lebih merasa nyaman mengetahui anak saya membawa pistol ke kampus daripada membawa dildo,” ungkap komentar lain.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.