Namun, ada satu tempat bagi para anggota komunitas LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transjender) disambut untuk kebaktian Minggu.
Lilian, yang bukan jemaat rutin gereja ini, duduk di belakang. Perempuan berusia 28 tahun itu adalah seorang lesbian.
"Untuk sekian lama, saya tidak datang ke gereja karena saya merasa orang-orang seperti saya tidak diterima," ujarnya.
"Banyak orang tidak tahu saya lesbian. Jika tahu, mereka akan melihat saya secara berbeda. Namun, saya memilih untuk pergi ke tempat di mana saya diterima, di mana saya tidak usah menyembunyikan identitas saya."
Di pusat kota Nairobi, hanya ada satu gereja yang menerima orang seperti dia.
Pendeta Barasa Makokha melayani kelompok-kelompok minoritas seksual. Ayah empat anak itu telah diancam beberapa kali, tetapi ia tetap gigih.
"Merupakan kekeliruan bagi rohaniwan mana pun untuk menyebarkan pesan yang dapat menciptakan kekerasan spiritual dalam hal mengucilkan orang-orang, dalam hal menghakimi dan membuat orang membenci diri mereka sendiri, terutama orang-orang LGBT, karena gereja perlu mengubah perspektif saya, dan gereja juga perlu memahami orang-orang LGBT," ujarnya.
Namun, pendeta-pendeta lain tidak setuju. Mereka mengatakan bahwa gereja-gereja alternatif bukanlah jawaban.
Pendeta Silaz Mukulwa dari Gereja Anglican mengatakan, para pendeta seharusnya menarik orang-orang gay ke arah kehidupan heteroseksual.
"Seorang pria seharusnya tidak melibatkan diri secara seksual dengan pria lain. Itu jahat dan jika gereja mana pun terlibat dalam hal itu, gereja itu tidak menyembah Tuhan karena ajaran Tuhan melawan hal itu," ujar Mukulwa.
Presiden AS Barack Obama, dalam kunjunganya ke Kenya pada bulan Juli, mendesak hak-hak persamaan LGBT. Mitranya di Kenya, Uhuru Kenyatta, menyebut hal itu bukan isu.
Homoseksualitas ilegal di sedikitnya 36 negara Afrika, termasuk Kenya. Hukuman mencakup gereja dan denda.
Banyak yang menyebut keyakinan agama dan budaya menjustifikasi ketidaksetujuan mereka terhadap apa yang menurut mereka penyimpangan seksual.
Namun, bagi jemaat Makokha yang kecil, kebaktian mingguan itu memberikan momen kedamaian, kebebasan, atau kebebasan dari diskriminasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.