Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/09/2015, 19:47 WIB
KOMPAS.com — Banyak anggota kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang membelot setelah mengetahui perilaku rekan atau komandan mereka. Alasan paling kuat dari keputusan mereka untuk keluar dari ISIS adalah kesadaran bahwa kelompok radikal tersebut ternyata membunuh sesama Muslim.

Peter R Neumann, seorang profesor Studi Keamanan dan Direktur International Centre for the Study of Radicalization (ICSR) di King's College London, menyampaikan hasil penelitiannya mengenai orang-orang yang keluar dari ISIS dan alasan mereka meninggalkan kelompok radikal tersebut. Dia berhasil meneliti 58 orang yang membelot dari ISIS.

Menurut Neumann, seperti dikutip CNN, ada fenomena baru dan sedang tumbuh saat ini. Dari 58 orang yang keluar dari ISIS, sepertiganya memutuskan hal itu pada 2015, dan sisanya pada musim panas tahun lalu.

Pengalaman para pembelot ISIS beragam. Tidak semuanya menjadi pendukung kuat demokrasi liberal. Beberapa di antaranya bahkan berbuat jahat. Dalam beberapa hal, mereka semuanya merupakan pendukung fanatik organisasi yang paling keras dan totaliter pada abadi ini. Namun, mereka sekarang musuh paling buruk dari organisasi tersebut.

Kualitas testimoni mereka bervariasi. Situasi dan alasan mereka meninggalkan ISIS tidak selalu jelas. Namun, yang meyakinkan Neumann, kisah-kisah mereka kredibel dan konsisten.

Di antara 58 kisah pembelot itu, Neumann menemukan empat narasi yang sangat kuat. Narasi pertama, salah satu kritik yang paling gigih pada tingkatan ketika kelompok tersebut berperang melawan pemberontak Sunni lain. Menurut para pembelot, menggulingkan rezim Assad tampaknya bukan prioritas, dan sedikit dilakukan untuk membantu Muslim (Sunni) yang menjadi target kelompok itu.

Sebagian besar perhatian kelompok ISIS, kata para pembelot, adalah bertengkar dengan pemberontak lain dan obsesi kepemimpinan dengan "mata-mata" dan "pengkhianatan". Itu bukanlah jenis jihad yang mereka inginkan saat pergi ke Suriah dan Irak.

Narasi lainnya berkaitan dengan kebrutalan kelompok ISIS. Banyak para pembelot mengeluhkan tentang kekejaman dan pembunuhan terhadap warga sipil yang tak berdosa. Para pembelot juga berbicara tentang pembunuhan acak para tawanan, penganiayaan sistematis terhadap penduduk desa, dan eksekusi mati para pejuang oleh komandan mereka.

Narasi ketiga adalah korupsi. Kendati tak seorang pun yang percaya bahwa korupsi bersifat sistematis, kebanyakan tak setuju perilaku individual komandan dan "emir-emirnya". Para pembelot dari Suriah mengkritik hak istimewa yang diberikan kepada orang asing yang menurut mereka tidak sesuai dengan pandangan hidup ISIS atau Islam pada umumnya.

Kendati banyak yang bersedia untuk menoleransi kesulitan perang, mereka merasa tidak mungkin untuk menerima ketidakadilan, ketidaksetaraan, dan rasisme. "Ini bukan perang suci," kata seorang pembelot dari India, yang kelompoknya dipaksa untuk membersihkan toilet karena warna kulit.

Narasi keempat adalah soal kehidupan di bawah ISIS keras dan mengecewakan. Para pembelot yang menyatakan pandangan ini biasanya adalah mereka yang bergabung ke ISIS dengan alasan "egois", lalu mereka segera menyadari bahwa tak satu pun barang dan mobil mewah yang dijanjikan bakal terwujud.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com