Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasukan Pengawal Tahan Presiden dan PM Burkina Faso

Kompas.com - 17/09/2015, 16:16 WIB
OUAGADOUGOU, KOMPAS.com - Pasukan pengawal Presiden Burkina Faso, Rabu (16/9/2015), menahan presiden dan perdana menteri sementara negara itu. Peristiwa tersebut memerosokkan negara di Afrika barat itu ke dalam ketidakpastian, beberapa minggu sebelum pemilu pertama sejak penggulingan mantan Presiden Blaise Compaore.

Penahanan terhadap pemimpin transisi bangsa itu langsung memicu protes jalanan di luar istana presiden di mana orang-orang itu ditahan. Seorang wartawan kantor berita AFP melaporkan, tembakan mengema di udara saat tentara mencoba membubarkan beberapa ratus demonstran. Namun sulit untuk segera memverifikasi apakah ada orang yang terluka.

Kecaman internasional pun bermunculan. PBB dan Uni Afrika menuntut para pejabat itu segera dibebaskan. Dalam sebuah pernyataan bersama PBB, Uni Afrika dan Masyarakat Ekonomi Negara Afrika Barat (ECOWAS) menuntut "pembebasan segera dan tanpa syarat para sandera". Secara terpisah, Dewan Keamanan PBB mengecam penahanan dan mendesak "semua aktor di Burkina Faso menahan diri dari kekerasan". Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon juga mengatakan ia "marah" dengan perkembangan itu. "Kejadian ini merupakan pelanggaran telak terhadap konstitusi Burkina Faso dan piagam transisi," kata Ban.

Para anggota Resimen Pengamanan Presiden (Presidential Security Regiment/RSP) yang setia pada Compaore "menyerbu ruang kabinet pada pukul 14.30 waktu setempat dan menculik Presiden Burkina Faso, Michel Kafando, dan Perdana Menteri, Isaac Zida, dan dua orang menteri (Augustin Loada dan Rene Bagoro)," kata Ketua Parlemen sementara, Cheriff Sy, dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke AFP.

Siaran Radio France Internationale dan stasiun radio swasta Omega diputus. Bos Omega, Alpha Barry, mengatakan kepada televisi France 24 bahwa pasukan RSP telah memutus program siaran dan mengancam akan membunuh para staf jika mereka tidak menghentikan siaran.

Para pengunjuk rasa berpawai di istana presiden di ibukota Ouagadougou. Mereka sedang mengecam penyanderaan itu saat tembakan meletus pada sekitar 19.30 waktu setempat (atau Kamis pukul 02.30). Pada pukul 21.00, tembakan sesekali masih bisa terdengar, kata koresponden AFP dari tempat kejadian.

Markas Partai Kongres untuk Demokrasi dan Kemajuan (CDP) pimpinan Compaore diserbu pada malam itu.

Sy menyebut penahanan presiden dan perdana menteri itu "sebuah serangan serius terhadap republik". "Saya meminta kepada semua patriot untuk bergerak demi membela ibu pertiwi," katanya. "Tugas memanggil kita karena bangsa Burkinabe dalam bahaya. Kami meminta solidaritas pasukan aktif, kekuatan politik, masyarakat sipil dan komunitas internasional bersama dengan semua rakyat Burkina Faso untuk mengalahkan operasi ini."

Tuntutan RSP masih belum diketahui. Namun pasukan itu telah berulang kali mencoba untuk mengganggu transisi yang sedang berlangsung.

Compaore digulingkan dari kekuasaan pada Oktober 2014 dan melarikan diri ke pengasingan di Pantai Gading setelah ada pemberontakan rakyat yang dipicu oleh upayanya untuk memperpanjang kekuasannya yang telah berlangsung 27 tahun.

Sebuah pemerintahan transisi telah dibentuk guna menjalankan roda pemerintahan di bangsa Sahel miskin itu sampai pemilihan presiden dan legislatif diadakan. Putaran pertama pemilihan akan berlangsung pada 11 Oktober mendatang.

Hari Senin, Komisi Reformasi dan Rekonsiliasi Nasional negara itu merekomendasikan bahwa 1.300 anggota pasukan keamanan, yang dianggap pasukan terbaik negara yang terkurung daratan itu, dipecat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com