Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turis dan Warga Singapura Kesal karena Kabut Asap

Kompas.com - 11/09/2015, 11:27 WIB
SINGAPURA, KOMPAS.com — Polusi udara di Singapura mencapai tingkat tertinggi selama setahun terakhir pada Kamis (10/9/2015), sementara kabut bercampur asap dari kebakaran hutan Indonesia menyelimuti langit negara pulau itu, membuat kesal turis dan membuat gelisah pemerintah beberapa jam sebelum pemilu.

Pollutant Standards Index (Indeks Standar Polutan), pengukuran polusi udara Singapura yang utama, mencapai 160 pada Kamis siang, di atas indeks resmi "tidak sehat", yaitu 100, menurut Badan Lingkungan Nasional. Indeks di atas 200 dianggap "sangat tidak sehat", khususnya untuk anak-anak, orang tua, serta mereka yang mengidap penyakit jantung dan paru-paru.

Pada tahun 2013, indeks tersebut mencapai rekor tertinggi, 401, jauh di atas indeks "berbahaya", yaitu 300.

"Cukup mengecewakan. Kami tidak mengharapkan ini sama sekali," kata Ken Ridden, yang baru saja tiba dari Queensland, Australia, untuk perjalanan selama lima hari bersama istrinya, serta anak perempuan dan laki-lakinya. "Kami melihat foto-foto yang bagus di brosur, tetapi (kini) di mana-mana ada kabut bercampur asap," katanya, sambil menunjuk ke langit kota tersebut yang hampir tidak kelihatan.

Sepanjang minggu, level polusi udara terus meningkat, mengganggu kampanye pemilihan parlemen pada hari Jumat.

Namun, warga Singapura tidak punya pilihan selain memilih. Semua warga Singapura berusia 21 tahun dan seterusnya diwajibkan memilih.

"Mereka membakar hutan, dan asapnya sampai ke sini. Apa yang bisa kita lakukan tentang hal ini?" kata Perdana Menteri Lee Hsien Loong kepada orang banyak saat berkampanye pada hari Selasa.

Ia mengatakan, negara yang kaya itu telah bekerja sama dengan Indonesia untuk memperbaiki masalah ini. Namun, ia mengatakan, Indonesia sendiri yang harus menyelesaikan masalah ini.

"Pemerintah Indonesia kooperatif, tetapi berbeda dengan sikap di kalangan masyarakat," ujar Lee.

Pada bulan Januari, Indonesia meratifikasi kesepakatan regional yang telah lama dinanti-nanti tentang polusi kabut asap yang mengikat 10 anggota ASEAN. Kesepakatan tersebut menuntut Indonesia untuk mengambil langkah-langkah penyelesaian masalah tersebut melalui upayanya sendiri dan kerja sama internasional. Bila tidak, Indonesia harus bertanggung jawab atas dampak kabut asap itu di negara-negara tetangga.

"Sedikit menjijikkan," kata siswa Taiwan, Chang Chun Wei, yang merasa kabut asap ini mengganggu kunjungannya ke tempat-tempat turis. "Kali terakhir saya ke sini, udaranya sangat bersih. Namun, kali ini tidak," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com