Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria Suriah Harus Bayar Rp 400 Juta demi Selamatkan Keluarga ke Australia

Kompas.com - 09/09/2015, 18:48 WIB
AUSTRALIA, KOMPAS.com — Dalam beberapa tahun terakhir, warga Australia asal Suriah hampir putus asa menghadapi birokrasi karena berusaha untuk mendatangkan keluarga mereka ke tempat yang aman di Australia. Hingga kini, hal itu menjadi proses yang melelahkan, mahal, dan sering kali sia-sia.

Pria ini sudah lama ingin berbicara kepada media, tetapi ia tak bisa melakukannya. Tentu saja, ia tak sendirian mengalami hal ini. Banyak orang enggan untuk berbicara di depan kamera.

Mereka khawatir akan ada tindakan saling tuduh di tempat kerja, sementara yang lainnya khawatir tentang bagaimana masyarakat menilai mereka.

Bahkan, beberapa orang lainnya, sering kali mereka yang tinggal di pedalaman, tak ingin tetangga mereka berpikir bahwa mereka sombong. Beberapa lainnya takut terdengar bodoh.

Ketakutan pria ini berbeda. Ketakutannya murni, yang berakar pada pembantaian.

Ia khawatir, dengan menjadi teridentifikasi, hal itu akan mengarah pada pembunuhan keluarganya di Suriah.

"Sangat berbahaya di sana," ujarnya.

Ia mengatakan, jika dirinya teridentifikasi, hal itu akan menempatkan keluarganya dalam bahaya. Ia ingin mengatakan kepada dunia bahwa rencananya untuk menyelamatkan mereka menelan biaya 40.000 dollar Australia (atau Rp 400 juta) untuk visa dan ongkos agen.

Ia ingin menjelaskan bahwa ia bekerja paruh waktu, berpenghasilan 18 dollar Australia (atau setara Rp 180.000) per jam.

"Sangat sulit bagi saya untuk menabung. Jika saya tak menyimpan uang ini dan saya membayar untuk program ini, butuh bertahun-tahun agar mereka bisa datang ke sini dan kapan saja (mereka) bisa mati," ujarnya.

Program ini merupakan salah satu bentuk bantuan komunitas yang mengutamakan aplikasi visa dengan didukung oleh sebuah organisasi masyarakat resmi seperti "Brotherhood of St Laurence".

Hanya ada 500 tempat yang tersedia di seluruh Australia dan biayanya mahal.

Akhirnya, pria tersebut setuju untuk sebuah wawancara televisi dengan satu syarat, identitasnya tak dapat dipublikasikan, suaranya akan disamarkan, dan tak ada rincian tentang keluarganya yang disiarkan.

Ia mengatakan, hidupnya sendiri terombang-ambing pada saat ia mencoba untuk mengusahakan keselamatan keluarganya.

"Saya lajang, masa depan saya telah selesai. Saya tak bisa berkeluarga. Saya tak bisa menikah karena saya harus bekerja untuk mengirim uang ke keluarga saya di Suriah," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com