Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Malaysia Terus Lawan Seruan untuk Mundur

Kompas.com - 02/09/2015, 13:22 WIB
KOMPAS.com — Para analis berbeda pendapat mengenai apakah Perdana Menteri Malaysia Najib Razak akan mampu mempertahankan kekuasaannya atau tidak.

Masalah yang dihadapi Najib Razak berawal pada Juli lalu saat laporan media menuduh bahwa perusahaan pembangunan negara yang dibentuknya telah mengalihkan 700 juta dollar uang rakyat ke rekening pribadinya. Perdana menteri itu dengan tegas membantah laporan tersebut dan memecat beberapa pejabat yang mengkritik caranya menangani skandal itu.

Namun, pemecatan itu tidak mengakhiri kekesalan rakyat. Selama akhir pekan, sekitar 200.000 orang berdemonstrasi di Kuala Lumpur, memintanya mengundurkan diri. Polisi mengatakan, jumlah pengunjuk rasa hanya 25.000 orang.

Dalam acara di Kuala Lumpur, Senin (31/8/2015), PM Malaysia Najib Razak menyatakan bahwa ia bertekad tidak akan mundur sebagai perdana menteri. 

Najib menanggapi hal itu dalam pidato Hari Nasional, dan bertekad tidak akan mundur dari jabatannya. Ia mengatakan, dana itu merupakan sumbangan dari Timur Tengah.

Ia mengecam para demonstran dengan mengatakan bahwa tindakan mereka itu menunjukkan pikiran dangkal dan semangat nasional yang miskin.

Ilmuwan politik, Bridget Welsh, dari National Taiwan University, mengatakan, protes-protes itu, yang umumnya mendapat dukungan dari masyarakat Tionghoa Malaysia, adalah upaya kelas menengah perkotaan untuk menemukan kompas moral negara itu.

"Protes-protes itu tidak inklusif sebagaimana diharapkan oleh penyelenggara, dilihat dari perspektif untuk mencapai jalan tengah, sehingga demonstran sebagian besar berada di kubu oposisi. Tetapi, perpecahan sudah meningkat dan semakin dalam di Malaysia dalam hal cara orang melihat politik dan cara mereka melihat masa depan."

Meski dijaga ketat, protes berlangsung damai, berbeda dengan protes sebelumnya tahun 2011 dan 2012, ketika polisi membubarkan massa dengan menggunakan gas air mata dan meriam air.

Pendukung yang umumnya tidak muncul adalah pendukung dari partai PAS yang pro-Islam, dan protes itu tidak dihadiri pemimpin oposisi karismatik, Anwar Ibrahim, yang kini menjalani hukuman penjara lima tahun setelah dinyatakan bersalah melakukan sodomi.

Welsh memperkirakan Najib akan bertahan dari tekanan saat ini yang memintanya mundur.

Analis lain, termasuk William Case dari City University di Hongkong, mengatakan, posisi Najib justru diperkuat oleh perpecahan dalam oposisi politik. Menurut Case, oposisi terpecah karena PAS yang pro-Islam kini tidak lagi bekerja sama dengan unsur-unsur lain oposisi.

Tetapi, sejumlah mantan pejabat pemerintah akan bertemu pada 9 September untuk menyampaikan apa yang mereka sebut "strategi mundur secara terhormat" bagi perdana menteri itu. Malaysia tidak akan mengadakan pemilu baru sampai tahun 2018.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com