Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

40 Menit Menakutkan di Kereta Cepat dari Amsterdam ke Paris

Kompas.com - 26/08/2015, 14:36 WIB
PARIS, KOMPAS.com — Ayoub El Khazzani menonton sebuah video di YouTube tentang seorang militan Islam, kemudian masuk kamar mandi kereta berkecepatan tinggi untuk berganti kemeja dan meraih senapan serbunya.

Khazzani siap untuk melakukan pembantaian. Demikian menurut sebuah laporan yang dikumpulkan jaksa Perancis dan menurut keterangan sejumlah saksi tentang 40 menit yang menakutkan di kereta api cepat Thalys dari Amsterdam ke Paris pada akhir pekan lalu.

Warga Maroko berusia 25 tahun itu membeli tiket kereta kelas satunya pada hari itu, Jumat (21/8/2015), di stasiun kereta api Midi di Brussels. Dia membayar tiket seharga 149 euro atau setara Rp 2,4 juta dengan uang tunai.

Penjual tiket menanyakan apakah dia ingin melakukan perjalanan lebih awal, dalam kereta yang tidak begitu penuh, tetapi Khazzani menginginkan kereta Thalys yang penuh pada pukul 15.17 yang menghubungkan Amsterdam dengan Paris.

Pada pukul 17.35, pihak berwenang mengatakan, dia membuka pintu kamar mandi. Di tempat duduknya, dia meninggalkan beberapa barangnya, sebuah koper dorong dan kaleng kecil berisi bensin, sementara di dadanya terikat sebuah tas berisi 270 butir amunisi dan senjata kedua, sebuah pistol Luger M80.

Di lorong, seorang bankir muda Perancis tengah menunggu giliran untuk masuk kamar kecil. Ketika bankir Perancis itu melihat senjata tersebut, dia memegang Khazzani dengan kedua tangan, mendorongnya ke rak bagasi. Sekitar 15 detik, mereka sama-sama terkunci, Khazzani terjepit oleh dada bankir itu, seperti dikatakan Jaksa Paris, Francois Molins.

Di gerbong berikutnya, petugas kontrol Michel Bruet mendengar perkelahian itu. Pada awalnya, Bruet menganggap hal itu tidak lebih dari perkelahian biasa, sebelum seorang pria berusia 54 tahun menyadari bahwa Khazzani bersenjata. Dia lalu bergegas membantu. "Saya terlempar ke pintu ... dia menendang saya hingga terjatuh, dan mengarahkan pistol kepada saya, lalu (saya) meninggalkan gerbong itu," kata Bruet.

Khazzani fokus pada pemuda Perancis itu, yang ingin tetap tidak dikenal (anonim), dan menembak. Kaca pun pecah.

Di gerbong 11 dan 12, kepanikan pun terjadi. "Kami mendengar para penumpang berteriak dalam bahasa Inggris, 'Dia menembak! Dia punya Kalashnikov!'" kata aktor Perancis, Jean-Hugues Anglade, yang berada di gerbong 11.

Tiba-tiba, kata Anglade, sejumlah awak kereta berlari di koridor, membungkuk, menuju lokomotif, dan mengunci diri di dalam. Para penumpang menggedor pintu, berteriak kepada ke staf untuk membiarkan mereka masuk.

Otoritas kereta api Perancis mengatakan, para awak di balik pintu yang terkunci itu merupakan staf katering yang dipekerjakan oleh sub-kontraktor.

Di gerbong 12, dua warga Amerika, Spencer Stone (23) yang merupakan anggora Angkatan Udara, dan Alek Skarlatos (22) dari National Guard, tengah dalam liburan pertama mereka ke Eropa ketika mereka melihat seorang pria masuk ke gerbong itu dengan senapan serbu dan pistol.

"Saya berpaling ke Spencer, dan saya berkata, 'Ayo pergi, ayo pergi'," kata Skarlatos, yang baru saja kembali dari tugas selama sembilan bulan di Afganistan.

Khazzani berupaya bangkit dengan senjatanya, sebuah AKM, senapan serbu mirip Kalashnikov, dan Stone melihat kesempatannya, lalu menjegal pria itu.

Skarlatos meraih senjata itu, tetapi Khazzani menarik pistolnya, mengarahkannya ke Skarlatos, dan menarik pelatuk, tetapi tidak ada peluru yang keluar.

Stone lalu mencekik Khazzani, dan penyerang itu melawan menggunakan sebuah pisau yang melukai Stone di leher dan ibu jarinya.

Skarlatos masih berusaha untuk melucutinya, dan para penumpang lainnya bergegas membantu, yaitu teman mereka, mahasiswa Anthony Sadler, yang menyerang Khazzani, kemudian warga Inggris bernama Christopher Norman yang memegang tangan kanan pelaku, serta Eric Tanty, masinis Thalys yang sedang cuti, memegang tangan kiri pelaku.

Setidaknya satu tembakan dilepaskan dalam pertarungan itu. Pelurunya mengenai Mark Moogalian (51), warga Perancis-Amerika, di lehernya.

Khazzani kemudian pingsan. Dia lalu diikat. Saat itu, alarm telah dibunyikan, dan kereta melambat, tetapi sejumlah penumpang yang panik telah memecahkan jendela dan melompat keluar kereta.

Ketika kereta tiba di Arras di Perancis utara, Khazzani ditangkap. Sebagian besar dari 554 penumpang kereta itu bahkan tidak menyadari peristiwa yang telah terjadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com