Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Korsel Tuntut Korut Minta Maaf

Kompas.com - 24/08/2015, 13:11 WIB
KOMPAS.com — Presiden Korea Selatan (Korsel) Park Geun-hye berkeras tidak akan menghentikan siaran propaganda ke wilayah Korea Utara (Korut) sampai Pemerintah Korut meminta maaf secara resmi atas peristiwa ledakan ranjau di Zona Demiliterisasi (DMZ), awal Agustus lalu.

"(Korea Utara) harus membuat permintaan maaf dengan jelas... dan memastikan tiada lagi aksi provokasi. Posisi kami saat ini adalah membendung provokasi Utara. Namun, jika mereka melancarkan provokasi, respons kami tidak akan menunjukkan belas kasihan, dan mereka akan benar-benar menyesal," kata Park sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.

Ucapan Park mengemuka saat delegasi Korsel dan Korut tengah berunding di Desa Panmunjom, dekat perbatasan kedua negara, demi meredakan ketegangan.

Perundingan yang berlangsung sejak Sabtu (22/8/2015) sore itu belum berakhir hingga Senin pagi waktu setempat.

Pada Sabtu, Angkatan Darat Korea Utara (KPA) menyatakan, pasukan garis depan berada dalam keadaan "bersenjata lengkap, siaga perang" sesuai dengan keinginan Kim Jong-un menjelang tenggat ultimatum.

Bahkan, berdasarkan keterangan Kementerian Pertahanan Korsel, militer Korut telah mengerahkan kekuatan artileri dua kali lipat di perbatasan darat, dan sekitar 50 kapal selam di perbatasan laut.

Siaran propaganda

Perselisihan kedua negara selama beberapa hari terakhir bermula tatkala Korsel mengarahkan siaran propaganda ke wilayah Korut di perbatasan. Siaran itu berisi buletin berita, prakiraan cuaca, dan musik.

Korut lalu menembakkan artileri di sepanjang perbatasan untuk memprotes siaran propaganda tersebut. Korsel kemudian balas menembakkan artileri ke wilayah Korut dekat perbatasan kedua negara.

Namun, kata Presiden Korsel Park Geun-hye, siaran propaganda hanyalah reaksi dari aksi militer Korut yang menempatkan ranjau darat di DMZ.

Akibat ledakan tersebut, seorang tentara Korsel harus menjalani amputasi di kedua kakinya, sementara seorang tentara lain kehilangan satu kaki.

Korut membantah terlibat dalam ledakan ranjau itu. Negara tersebut justru mengeluarkan ultimatum agar Korsel menghentikan perang urat saraf.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com