Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Yunani, Para Migran Harus Mengemis Makanan dan Air Bersih

Kompas.com - 20/08/2015, 19:27 WIB

ATHENA, KOMPAS.com - Ribuan orang migran tiba di kota pelabuhan utama tak jauh dari ibu kota Athena, Kamis (20/8/2015), setelah menempuh perjalanan berbahaya dari Suriah.

Salah seorang pengungsi bercerita soal bagaimana dia harus mencari air bersih, makanan dan selimut dengan cara mengemis untuk keluarganya dalam perjalanan mencari kehidupan baru di Eropa.

Vian Baker (21), seorang mahasiswa asal Aleppo, Suriah mengatakan, dia pergi ke Eropa bersama ayah dan saudarinya untuk melanjutkan studinya yang tak bisa dilanjutkan di kampung halamannya karena perang saudara.

"Kami tak bisa hidup di sana (Suriah). Bom dan perang setiap hari," ujar Vian tak lama setelah turun dari kapal feri.

Vian menggambarkan bahayanya perjalanan 15 hari yang ditempuhnya dari Aleppo menuju Yunani, termasuk bersembunyi selama enam jam di dalam hutan di perbatasan Suriah-Turki untuk mencari kesempatan menerobos perbatasan di malam hari.

Setelah lolos masuk ke wilayah Turki maka langkah selanjutnya adalah menyeberang ke pulau kecil milik Yunani, Leros dalam perjalanan laut selama tiga jam. "Kami menghadapi kematian. Dan begitu kami tiba di Pulau Leros tak ada lagi fasilitas untuk pendatang baru," papar Vian.

"Kami tidur di jalanan. Kami tak punya selimut, kami tak punya apa-apa, bahkan air minum. Saya tak tahu bagaimana saya harus bercerita. Kami mengemis untuk air, kami mengemis untuk mendapatkan makanan," kenang Vian.

Kapal feri itu juga berfungsi sebagai pusat pendaftaran migran di Pulau Kos awal pekan ini. Kapal itu meninggalkan Kos pada Rabu lalu dengan membawa 1.300 orang migran dan menjemput ratusan orang lainnya di pulau Leros, Kalymnos dan Lesbos.

Sebagian besar migran tidak ingin tinggal di Yunani yang juga tengah mengalami krisis ekonomi. Mereka lalu mengarah ke utara menuju perbatasan Macedonia lalu melintasi Balkan untuk mencapai negara-negara Eropa yang lebih makmur seperti Jerman, Belanda atau negara-negara Skandinavia.

"Kami berharap mendapatkan kehidupan lebih baik untuk anak-anak kami. Kondisi di Suriah terlalu buruk. Kondisi di Suriah tak bisa lagi digambarkan dengan kata-kata," ujar Hamsa Al Halabiah (44), pengungsi asal Suriah yang meninggalkan negerinya empat tahun lalu.

Hamsa meninggalkan Suriah menuju Lebanon dan Turki. Tujuannya kini adalah Jerman tempat kakak iparnya kini tinggal.

Sebagai salah satu tujuan utama para migran, Jerman tahun ini diperkirakan bakal dibanjiri setidaknya 800.000 orang migran, meningkat empat kali lipat dibanding tahun lalu. Jerman ini menangani 43 persen permohonan suaka dari 28 negara Uni Eropa dan mengatakan Eropa kini sudah memiliki cara untuk membagi beban migran ini dengan cara lebih baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com