Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Moammar Khadafy Pernah Berencana Bunuh Presiden Mesir dan Raja Maroko

Kompas.com - 03/08/2015, 16:31 WIB
DUBAI, KOMPAS.com — Dinas intelijen Libya ternyata pernah berencana untuk membunuh mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak saat hadir di KTT Afrika di ibu kota Etiopia, Addis Ababa, pada 1989.

Kisah ini disampaikan Atif Abu Bakr, mantan pemimpin departemen politik gerakan Fatah, Palestina, Dewan Revolusi, dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Al Arabiya, akhir pekan lalu.

Abu Bakr mengungkap, pemimpin Libya saat itu, Kolonel Moammaf Khadafy, meminta bantuan salah seorang pemimpin Palestina, Sabri al-Banna alias Abu Nidal, untuk menjalankan rencana itu.

Khadafy meminta Abu Nidal untuk mengirimkan seorang pembunuh bersama delegasi Libya yang hadir di KTT tersebut. Namun, pada menit-menit akhir, rencana pembunuhan Mubarak itu dibatalkan.

Sebab, lanjut Abu Bakr, Khadafy mendapatkan informasi jika pembunuhan Mubarak terlaksana, Mesir akan melakukan pembalasan besar-besaran yang bisa berujung pada invasi ke Libya.

"Khadafy banyak membuat rencana untuk melawan rezim Mubarak saat itu. Dia menekankan, operasi melawan Mesir perlu dilakukan karena Libya menolak perjanjian Camp David," ujar Abu Bakr.

"Abu Nidal sendiri pernah menganggap pemerintahan Mubarak adalah sekadar boneka Zionis di Mesir," kata Abu Bakr.

Raja Maroko

Ternyata, bukan Hosni Mubarak saja pemimpin dunia Arab yang menjadi target pembunuhan Khadafy dan Abu Nidal. Kedua orang itu juga berencana membunuh Raja Maroko Hassan II.

Dalam wawancara itu, Abu Bakr mengatakan, Khadafy dan Abu Nidal ingin rezim Suriah ikut ambil bagian atas rencana pembunuhan itu. Namun, Suriah tak merespons permintaan kedua orang itu.

Penolakan Suriah inilah yang memicu Abu Nidal dan dinas intelijen Libya mengirimkan persenjataan ke Maroko dengan menggunakan pesawat terbang Libya pada 1987.

"Rencana pembunuhan itu digelar bersama dengan kelompok oposisi Maroko. Namun, rencana itu juga dibatalkan karena Khadafy khawatir dengan reaksi Maroko dan kedua negara terikat sebuah perjanjian politik saat itu," kata Abu Bakr.

Abu Nidal dikenal sebagai pendiri Dewan Revolusi Fatah. Abu Nidal juga mendirikan Abu Nidal Organization (ANO) setelah berselisih dengan pemimpin PLO Yasser Arafat. Pada masa jayanya pada 1970-an hingga 1980-an, ANO dikenal dunia sebagai salah satu kelompok bersenjata Palestina yang paling keras dan berbahaya.

Sepanjang kariernya, Abu Nidal diyakini sudah memerintahkan serangan di 20 negara, menewaskan 300 orang dan melukai 650 orang lainnya. Beberapa aksi ANO yang terkenal adalah serangan ke Bandara Roma dan Vienna pada 27 Desember 1985.

Abu Nidal tewas dalam sebuah baku tembak di apartemennya di Baghdad pada Agustus 2002. Sumber-sumber Palestina mengatakan, Abu Nidal dibunuh atas perintah Saddam Hussein.
Namun, Pemerintah Irak bersikukuh Abu Nidal tewas bunuh diri dalam sebuah interogasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Al Arabiya
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com