"Ini berbahaya bagi orang-orang untuk mencobanya dan mengubah orientasi seksual mereka. Sebenarnya, (terapi) itu bukan hanya berbahaya, melainkan juga tidak mungkin," sebutnya.
Pria asal Brisbane, Johan de Joot, telah menghabiskan lebih dari 15 tahun menjalani terapi konversi orientasi seksual. Dia berharap untuk mengubah orientasi seksualnya dari homoseksual ke heteroseksual.
Pada usia 22 tahun, Johan sempat merasa putus asa karena memiliki orientasi seksual yang berbeda. "Saya pergi ke pendeta dan mengatakan kepadanya bahwa saya berjuang dengan ketertarikan sesama jenis, dan ia menyebut bahwa homoseksualitas sangat dibenci," ceritanya.
"Jadi, itu memulai perjalanan saya untuk melakukan segala sesuatu yang saya bisa untuk berubah," sambungnya.
Johan mengatakan, ia mencoba sesuatu yang ia pikir mungkin dapat "menyembuhkan" orientasi seksualnya.
"Pada hari Minggu, saya menangis kepada Tuhan. Senin, saya berhubungan seks dengan seorang laki-laki. Hari-hari berikutnya, saya menyalahkan diri sendiri begitu parah sehingga pada hari Sabtu saya ingin bunuh diri," akunya.
Pada usia 38 tahun, Johan menyadari, orientasi seksual seseorang bukanlah sesuatu yang bisa disembuhkan.
"Saya telah sampai pada kesimpulan bahwa itu bukan pilihan. Saya tak berpikir bahwa orang waras akan memilih untuk menjadi gay. Ada begitu banyak kebencian di dunia terhadap orang gay," sebutnya.
Bukan kelainan
Sementara itu, Anthony Venn-Brown menyebut pendidikan sebagai kunci untuk perubahan. "Ini tentang menjangkau para pemimpin gereja untuk berdialog dan untuk mendidik serta menginformasikan mereka," ujarnya.
"Buktinya ada bahwa orientasi seksual bukanlah sebuah kelainan. Setiap pendeta atau pemimpin muda—yang mengatakan kepada beberapa pemuda gay, 'Lihat, kami bisa berdoa untuk Anda'—jika RUU ini disahkan, mereka pasti akan berpikir dua kali tentang itu," tambah dia.
Setiap lembaga kesehatan profesional di Australia menentang terapi konversi, termasuk Masyarakat Psikologi Australia (APS).
Ahli kesehatan seksual APS, Damian Briggs, mengatakan, pihaknya telah meninjau bukti dan literatur tentang terapi konversi dan menemukan tak ada bukti untuk mendukung bahwa terapi itu adalah "hal baik".
"Ada terlalu banyak bukti yang menunjukkan bahwa itu (terapi) benar-benar merusak orang," ujarnya.
"Kami percaya bahwa anggota APS tidak harus melakukannya. Kami percaya bahwa psikolog tidak boleh melakukannya," kata dia.