Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buat Seorang Pengungsi Anak Palestina Menangis, Kanselir Jerman Dikecam

Kompas.com - 16/07/2015, 23:29 WIB
BERLIN, KOMPAS.com - Kanselir Jerman Angela Merkel menghadapi kecaman di media sosial, Kamis (16/7/2015), setelah kemunculan sebuah video yang menampilkan Merkel tengah menjelaskan kebijakan deportasi kepada seorang bocah perempuan Palestina.

Di saat Jerman masih bergulat dengan kritikan dunia internasional terkait kebijakannya yang keras terhadap Yunani, Merkel malah dihantam masalah baru.

Dalam video itu, Kanselir Merkel terlihat tengah menghadiri sebuah diskusi publik dengan para remaja di kota Rostock sebagai bagian dari program inisiatif pemerintah bertajuk "Hidup Nyaman di Jerman".

Dalam video yang disiarkan televisi publik itu, seorang bocah Palestina bernama Reem mengatakan kepada Merkel bahwa keluarganya mendapat kabar akan segera dikembalikan ke sebuah kamp pengungsi di Lebanon dalam waktu dekat untuk mendapatkan izin tinggal sementara di Jerman.

"Saya ingin kuliah di universitas," kata Reem, yang sudah empat tahun mencari suaka di Jerman itu.

"Sangat sulit melihat bagaimana orang lain bisa menikmati hidup dan Anda sendiri tidak bisa...saya tak tahu bagaimana masa depan saya," ujar Reem dalam bahasa Jerman yang sangat fasih.

Mendengar penjelasan gadis itu, Merkel sesaat terlihat bersimpati sebelum kemudian membela kebijakan pemerintah Jerman terkait para pencari suaka.

"Politik bisa sangat keras. Kami adalah anak  yang sangat baik namun kamu juga tahu ada ribuan orang di kamp-kamp pengungsi di Lebanon. Kami (Jerman) tak akan sanggup (menampung)," ujar Merkel.

Merkel menambahkan, bahwa Jerman tak akan mampu menanggung beban menampung semua orang yang melarikan diri dari perang dan kemiskinan lalu ingin pindah ke negeri dengan perekonomian terkuat di Eropa itu untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Diskusi itu berlanjut untuk beberapa menit hingga Merkel melihat Reem tengah menangis.
"Tapi kamu sudah melakukan yang terbaik," kata politisi perempuan berusia 60 tahun itu, sambil mengusap lengan Reem, mencoba menenangkan dia.

"Saya kira, Ibu Kanselir, ini bukan hanya soal sudah berbuat yang terbaik tapi ini tentang situasi yang sangat sulit," ujar moderator acara itu.

"Saya tahu situasinya sulit, itulah sebabnya saya mengelus dia. Saya ingin mengatakan bahwa dia (Reem) sudah mengalami masa sulit dan dia sudah menjelaskan dengan sangat baik kondisi banyak orang di sana," ujar Merkel.

Namun, perilaku Merkel dalam video itu menuai kecaman. Sebagian warga Jerman mengatakan Merkel sangat terlihat tak memiliki empati. Bahkan tagar #Merkelstreichtelt (Elusan Merkel) menjadi trending topic Twitter di Jerman.

"Pekan ini merupakan waktu yang sangat hebat untuk diplomasi publik Jerman. Satu kekurangannya adalah Merkel membuat seorang pengungsi anak-anak menangis," kata penulis Evgenu Morozov yang kelahiran Belarusia.

Namun, tak sedikit warga Jerman yang membela sang kanselir. "Dia jujur dan sudah pasti tidak dingin," ujar seorang jurnalis berhaluan kiri, Ines Pohl.

Pohl mengatakan, Merkel akan lebih kejam jika membuat janji-janji palsu untuk gadis itu atau menghindari pertanyaannya.  Pohl menambahkan, hingga sebagian besar warga Jerman mendukung kebijakan pencari suaka yang lebih liberal, maka Merkel tak bisa berbuat apa-apa.

Tahun lalu Jerman menampung 200.000 orang pencari suaka dan tahun ini kemungkinan sebanyak 450.000 orang pengungsi lainnya juga akan ditampung di negeri itu.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com