Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tolak Perintah Membunuh, Bocah Ini Tewas Dilempar dari Jembatan

Kompas.com - 07/07/2015, 20:37 WIB
GUATEMALA CITY, KOMPAS.com — Sebuah peristiwa tragis terjadi di Guatemala ketika seorang bocah tewas dilempar sekelompok penjahat setelah bocah itu menolak perintah untuk membunuh seorang asing.

Kisahnya berawal ketika Angel Ariel Escalante Perez sedang berjalan kaki pulang ke rumah dari sekolahnya di Guatemala City, Guatemala. Saat itulah, Ariel tiba-tiba disergap sekelompok pria.

Mereka kemudian memberi Ariel sepucuk pistol. Para penjahat itu kemudian memerintahkan bocah berusia 12 tahun itu menembak seorang sopir bus atau menembak dirinya sendiri.

Karena ayah Ariel, Luis Escalante, adalah seorang sopir bus, bocah itu memilih mati ketimbang melaksanakan perintah para penjahat itu.

Para penjahat itu kemudian memberi pilihan untuk Ariel, yaitu dibunuh dengan cara ditikam menggunakan golok atau dilemparkan dari atas Jembatan Incienso, salah satu jembatan terpanjang di Amerika Tengah.

Para bandit itu kemudian melemparkan bocah malang itu dari atas jembatan dengan ketinggian 135 meter itu. Meski dilempar dari ketinggian, Ariel ternyata selamat karena jatuh di tumpukan dedaunan di bawah jembatan.

Namun, dedaunan itu juga yang menutupi tubuh Ariel sehingga dia tergeletak pingsan dengan cedera yang parah selama 72 jam berikutnya. Selama bocah itu hilang, ayah dan keluarganya sibuk mencari sebelum akhirnya menemukan Ariel di dasar jembatan. Ariel yang luka parah kemudian dibawa ke rumah sakit.

Selama 15 hari, tim medis berjuang keras untuk menyelamatkan nyawa bocah itu. Namun, akibat luka-lukanya yang terlalu parah, Ariel akhirnya meninggal dunia.

Para dokter mengatakan, jika Ariel ditemukan lebih cepat, kemungkinan besar nyawanya masih bisa diselamatkan. Sayangnya, selama 72 jam dia tergeletak dengan luka yang parah sehingga sulit untuk menyelamatkannya.

"Ayah bocah itu mengatakan anaknya hilang selama 72 jam. Saya katakan kepadanya bocah itu dilemparkan sekelompok penjahat dari jembatan setelah menolak membunuh seorang sopir bus," kata Javier Soto, juru bicara pasukan pemadam kebakaran Guatemala.

"Dia dilemparkan dari ketinggian 135 meter. Biasanya orang yang jatuh atau dilemparkan dari ketinggian itu akan langsung tewas," kata Soto.

Aktivis HAM setempat, Edgar Guerra, mengatakan, peristiwa ini menjadi sebuah fenomena mengerikan yang semakin sering terjadi. Para penjahat kerap menggunakan anak-anak di bawah umur untuk melakukan pembunuhan.

"Penyebabnya adalah kelompok penjahat ini tak ingin didakwa melakukan pembunuhan jika tertangkap," kata Guerra.

Anak-anak direkrut kelompok-kelompok kriminal adalah hal yang lazim terjadi di negara-negara Amerika Tengah.

Rendahnya pendidikan, kemiskinan, serta kemampuan menyelundupkan narkoba atau senjata tanpa dicurigai membuat anak-anak menjadi anggota geng-geng kriminal tanpa mampu menolak ajakan itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Mirror
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com