Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buah Simalakama Banjir Turis China di Thailand

Kompas.com - 05/07/2015, 11:32 WIB
BANGKOK, KOMPAS.com - Membanjirnya wisatawan dari China di Thailand menjadi buah simalakama bagi negeri tersebut. Di satu sisi para turis itu memberikan pendapatan bagi negara namun di sisi lain ulah mereka meresahkan warga.

Berbagai ulah buruk dikabarkan dilakukan para turis China saat berkunjung ke Thailand mulai kencing dan meludah sembarangan hingga menendang sebuah lonceng keramat di sebuah kuil Buddha.

Membludaknya keluhan atas perilaku para turis dari Negeri Panda itu membuat pemerintah Thailand "terpaksa" mencetak ribuan aturan tata krama dalam bahasa China yang tentu saja ditujukan untuk para turis dari negeri itu.

Bulan lalu, tersebar foto seorang gadis tengah buang air kecil di Istana Agung, Bangkok. Adegan itu memicu kemarahan warga Thailand yang tak jarang bernuansa rasial. Meski belum terbukti bahwa gadis yang buang air kecil itu berasal dari China, namun media sosial sudah menghakimi bahwa perilaku seperti itu hanya dilakukan turis China.

Salah satu keluhan datang dari pengelola Wat Rong Khun atau Kuil Putih di provinsi Chiang Rai yang merupakan salah satu destinasi wisata populer di Thailand.

Chalermchai Kositpipat, pengelola kuil, mengeluhkan kondisi toilet di tempat itu yang menjadi sangat kotor setelah digunakan para turis dari China.

"Kami memiliki masalah dengan beberapa turis China yang buang air besar sembarangan, sehingga kami minta kepada para pemandu agar menjelaskan sejumlah aturan yang harus ditaati saat mereka berada di Thailand," ujar Chalermchai, yang sempat menyatakan akan menolak kedatangan turis China.

Namun Chalermchai batal melaksanakan ancamannya itu. Sama halnya dengan pemerintah Thailand yang enggan melakukan tindakan keras karena khawatir akan menurunkan jumlah wisatawan apalag sektor pariwisata menyumbang 8,5 persen untuk pendapatan Thailand.

"Turis asal China tak memberikan masalah untuk kami. Mereka turis yang baik," kata Srisuda Wanapinyosak, soerang direktur di Badan Pariwisata Thailand.

"Memang terkadang muncul gegar budaya karena kedua negara memiliki kebudayaan yang berbeda," tambah Srisuda.

Sayangnya mengatur para turis China itu tak semudah yang dibayangkan. Seorang pemandu wisata asal Thailand, Pin Su menggambarkan suliltnya mengawal para turis China itu.

"Mereka tak pernah memperhatikan penjelasan kami, mereka meludah, berbicara dengan suara kencang, bahkan tak jarang mereka meninggalkan toilet tanpa benar-benar membersihkannya," ujar Pin Su.

"Saya tak bisa mengingatkan mereka setiap hari, termasuk soal kebersihan. Saya tak ingin membuat mereka tersingung. Apalagi mereka adalah turis yang memberikan pendapatan untuk Thailand," tambah dia.

Tahun lalu, sekitar 4,6 juta orang turis asal China mengunjungi Thailand. Seorang turis China  menghabiskan 160 dolar AS atau sekitar Rp 2 juta sehari. Jumlah ini bahkan jauh lebih besar dibanding rata-rata uang yang dibelanjakan para turis Eropa.

Pendapatan Thailand dari sektor pariwisata diperkirakan bakal mencapai 5,6 miliar dolar AS tahun ini. Sebuah jumlah yang membuat pemerintah harus berpikir dua kali untuk melakukan tindakan yang berisiko mengurangi pendapatan negara di kala negeri itu sedang berjuang memperbaiki perekonomiannya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com