Pejabat itu menambahkan, aparat keamanan Tunisia kini juga memburu dua orang lain yang bersama pelaku penembakan pernah mendapatkan pelatihan di sebuah kamp militan di Libya.
"Mereka adalah sebuah kelompok yang dilatih di Libya dan memiliki tujuan yang sama. Dua orang menyerang (museum) Bardo dan satu orang menyerang Sousse. Polisi sedang memburu dua orang lagi," kata Lazhar Akremi, menteri hubungan parlemen.
Akremi merujuk pada penembakan di Museum Bardo pada Maret lalu yang menewaskan 21 orang turis asing sebelum akhirnya kedua orang penyerang itu tewas ditembak polisi.
Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), yang menguasai sebagian wilayah Irak dan Suriah, mengklaim berada di belakang serangan di Sousse, Tunisia, itu. Namun, pemerintah mengatakan, pelaku penembakan tak memiliki catatan apa pun yang terkait dengan terorisme atau ISIS.
Empat tahun setelah revolusi "Arab Spring" yang menggulingkan diktator Zine El-Abedine Ben Ali, Tunisia muncul sebagai model transisi demokrasi dengan cara damai.
Namun, di sisi lain, Tunisia juga berjuang menghadapi tumbuhnya kelompok-kelompok Islam ultra-konservatif yang beberapa di antaranya tak segan melakukan aksi kekerasan.
Saat ini, lebih dari 3.000 warga Tunisia bergabung dengan ISIS di Irak, Suriah, dan Libya, yang akibat perseteruan dua pemerintahan membuat ISIS berkesempatan melebarkan sayapnya ke negeri Afrika Utara itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.