Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Australia Puas Indonesia Kirim Dubes ke Konferensi Terorisme di Sydney

Kompas.com - 12/06/2015, 12:08 WIB
KOMPAS.com - Australia merasa puas dan senang dengan komitmen Indonesia untuk ikut ambil bagian dalam konferensi internasional Countering Violent Extremism yang digelar di Sydney.

Indonesia mengirimkan Duta Besar ke konferensi ini, dan sempat dipertanyakan mengapa bukan sekelas menteri yang mewakili Indonesia dalam pertemuan tersebut.

Menurut Geroge Brandis, Jaksa Agung Australia, alasannya bukan karena tekanan yang diakibatkan peristiwa eksekusi terpidana kasus Bali Nine.

"Duta Besar Indonesia untuk Australia akan menghadiri pertemuan selama dua hari dan Indonesia juga mengirimkan pejabat senior urusan kontra terorisme," kata Jaksa Agung Brandis.

"Awalnya, menteri Indonesia yang terkait masalah ini akan menghadiri, tapi ada alasan dalam negeri yang mendesak, sehingga membatalkan," tambahnya.

Juru bicara Kedubes Indonesia di Australia menyatakan bahwa pengiriman Duta Besar, dan bukan menteri, bukanlah bentuk mengabaikan Australia pasca kasus Bali Nine.

"Kami tidak memberikan pesan seperti itu," ujar juru bicara seperti yang dikutip media setempat.

Dalam konferensi itu para pengamat menilai bahwa mereka yang pernah terlibat dalam kelompok ekstrim kemudian bertobat bisa menjadi sekutu yang baik untuk memerangi masalah ekstrimis.

Abdul-Rehman Malik adalah manajer program di  Radical Middle Way, sebuah kelompok yang mencoba merangkul pemuda Muslim.

Malik diundang oleh pemerintah Australia dalam pertemuan Melawan Kekerasan Ekstrimis yang digelar di Sydney, Kamis (11/6/2015).

Menurut Malik, penyebutan kelompok yang menamakan diri sebagai Negara Islam sebagai sebuah pengultusan kematian atau death cult adalah kesalahan.

"Saya rasa menyebut (kelompok Negara Islam) sebagai kultus kematian, seperti yang dikatakan Perdana Menteri Australia, adalah sebuah kekeliruan terbesar dan malah memenuhi propaganda yang mereka lancarkan," katanya di acara televisi Lateline yang disiarkan ABC.

"Mereka yang mempropagandakan kelompok Negara Islam saat tahu kelompoknya disebut mengkultuskan kematian malah merasa bangga, karena apa? Karena kita telah menjunjung mereka," tambahnya.

Sebelumnya PM Tony Abbott juga mengatakan bahwa kelompok yang menamakan diri Negara Islam, atau dikenal juga sebagai Daesh memberikan ancaman secara global.

"Deklarasi sebagai sebuah khilafah, meski masuk akal, tapi ini adalah klaim yang berani untuk memiliki kekuasaan universal," ujar Abbott. "Kita tidak bisa bernegosiasi soal ini, kita hanya bisa melawannya."

Malik mengatakan, PM Abbott berada dalam haluan yang salah. Menurutnya, ancaman untuk menarik kewarganegaraan bagi mereka yang terlibat kelompok ekstremis bukan langkah yang tepat. Tetapi, yang seharusnya dilakukan adalah bekerja bersama mereka yang pernah terlibat dalam kelompok ekstremis.

"Ini sudah terjadi, anak-anak yang pergi ke sana, ada yang bertahan, ada yang ingin kembali," ujarnya. "Jangan membatalkan kewarganegaraan mereka, justru mereka bisa menjadi sekutu yang terbaik."

Pembicara lain yang diundang dalam pertemuan itu adalah Daisy Khan, Direktur Eksekutif American Society for Muslim Advancement.

Menurutnya, komunitas Muslim memiliki peranan yang sangat penting untuk masalah ini.

"Ada kondisi yang mendesak bagi komunitas (Muslim) untuk ambil bagian dan mengendalikan kelompok yang menamakan diri Negara Islam dengan pesan dan ideologi yang disebarkannya," ujar Khan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com