Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

India Perketat Pemeriksaan Makanan Setelah "Recall" Mi Instan

Kompas.com - 10/06/2015, 11:02 WIB
NEW DELHI, KOMPAS.com — Setelah India memerintahkan mi instan produksi perusahaan Swiss, Nestle, diturunkan dari rak-rak makanan akibat kekhawatiran akan keamanannya, pihak berwenang memperluas pemeriksaan dengan mengikutkan merek-merek lain produk mi, pasta, dan makaroni.

Laporan bahwa mi instan Maggi mengandung timbal dan penyedap rasa monosodium glutamat (MSG) dalam tingkatan tinggi pertama berasal dari sebuah kota terpencil di salah satu provinsi termiskin di India, Uttar Pradesh.

Dalam beberapa hari terakhir, badan pengawas makanan menyatakan, mi Maggi "tidak aman dan berbahaya bagi konsumsi manusia" dan memerintahkan salah satu recall makanan terbesar di India. Setidaknya, enam negara bagian dan angkatan darat India melarang peredaran mi instan populer ini, yang merupakan salah satu produk Nestle yang terjual paling cepat di India.

Nestle telah membantah hasil tes tersebut dan menyatakan produknya aman, sementara badan pengawas makanan India juga menguji coba tujuh merek lain mi, pasta, dan makaroni.

Pimpinan Equinox Labs di Mumbai, Ashwin Bhadri, yang membantu perusahaan-perusahaan dalam mematuhi peraturan keamanan pangan, menyebut langkah ini seharusnya dilakuan sejak dulu.

"Ini sesuatu yang seharusnya dilakukan lebih berkala, terutama untuk produk-produk dengan sirkulasi jutaan. Seharusnya, ada mekanisme untuk mengecek (keamanan) dan segalanya tidak bisa diserahkan kepada perusahaan bersangkutan. Saya yakin merek-merek ini berupaya sebaik mungkin, tetapi pemerintah perlu turun tangan dan melakukan lebih banyak pemeriksaan," ujar Bhadri.

Beberapa negara, seperti Kanada dan Inggris, juga telah memerintahkan pengujian mi Maggi yang diimpor dari India.

Di India, kontroversi ini mengundang reaksi beragam. Selama 30 tahun terakhir, mi Maggi seharga 20 sen menjadi sebuah snack ikonik, dijual di "kedai-kedai Maggi" tersebar di berbagai pelosok India, menjadi favorit anak-anak dan mahasiswa yang tinggal di hostel-hostel.

Sejumlah penggemar Maggi masih menyantap mi instan ini. Saat mengunjungi sebuah resor di Lansdowne di Pegunungan Himalaya timur akhir pekan lalu, Shweta Andres dan sekelompok teman-temannya menikmati mi Maggi di tengah berita penarikan kembali jenis panganan ini.

"Saya rasa tidak ada masalah makan (mi) Maggi. Saya makan Maggi sejak kecil, sama sekali tidak masalah. Malah saya jadi ingin hari ini," kata Andrews.

Para pakar mengatakan, di negara dengan pemalsuan makanan marak dan kebersihan makanan diragukan, konsumen kelas menengah mengandalkan makanan dalam kemasan dari perusahaan-perusahaan besar seperti Nestle.

Namun, Amit Khurana yang mengepalai tim keamanan pangan di Pusat Sains dan Lingkungan Hidup di New Delhi berharap insiden ini akan menggulirkan kesadaran akan pentingnya pengawasan terhadap makanan kemasan, baik oleh konsumen maupun regulator. Ia menekankan pentingnya standar pemantauan makanan

"Mungkin perlu ada standar pemantauan yang lebih ketat. Jadi, kalau ada hikmahnya, ya, mungkin makanan kemasan tidak seaman seperti yang diperkirakan. Kita masih tidak mewajibkan (pelabelan) sesuatu seperti garam, yang perlu ditunjukkan kadarnya di paket. Kita masih jauh dari sesuatu seperti pelabelan kadar nutrisi. Jadi, masih banyak yang harus dilakukan dari sisi regulasi," ujar Khurana.

Badan pengawas makanan India baru didirikan tujuh tahun lalu dan kebanyakan berfokus pada kontaminasi produk makanan. Pakar mengatakan, pelaksanaan dan penegakannya, seperti halnya dengan hukum-hukum lain di India, masih lemah.

Walaupun begitu, kontroversi ini dapat membantu perusahaan-perusahaan makanan, baik besar maupun kecil, untuk menjadi lebih siap menghadapi konsumen yang lebih awas dan regulator yang lebih agresif. Ashwin Bhadri dari Equinox mengatakan, pasaran makanan di India tumbuh dengan pesat.

"(India) adalah salah satu pasar dengan pertumbuhan tercepat bagi makanan kemasan karena dengan meningkatkan variasi, daya beli juga tumbuh, semakin sedikit orang yang memasak makanan segar, jadi makanan kemasan menjadi kategori yang terus tumbuh, dan saya tidak melihat ini akan berubah dalam beberapa tahun ke depan," kata Bhadri.

Ini bukan pertama kalinya, sebuah merek global menyulut perdebatan di India. Tahun 2006, penjualan Coca Cola dan Pepsi merosot di negara itu setelah sebuah kelompok advokasi menyebut bahwa minuman ringan tersebut mengandung jejak pestisida.

Namun, mereka kembali dengan sebuah kampanye agresif menentang laporan tersebut. Tahun 2003, perusahaan cokelat Cadbury meluncurkan sebuah kampanye besar-besaran untuk kembali memenangkan hati masyarakat setelah kabar cacing ditemukan di cokelat batangan mereka.

Nestle mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan pihak berwenang India untuk "mengatasi kebingungan" dan CEO Nestle, Paul Bulcke, mengunjungi New Delhi, Jumat, berjanji untuk meraih kembali kepercayaan dari konsumen. Namun, masih harus dinanti apa yang harus dilakukan oleh raksasa penganan dari Swiss ini untuk kembali menjadikan mi instan Maggi sebagai santapan sehari-hari warga India.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com