Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Obama Desak Myanmar Akhiri Diskriminasi Rohingya

Kompas.com - 02/06/2015, 16:35 WIB
WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden AS Barack Obama mendesak pemerintah Myanmar untuk mengakhiri diskriminasi terhadap etnis minoritas Rohingya jika negeri itu ingin transisi demokrasi berjalan dengan sukses.

Kondisi mengenaskan yang dialami 1,3 juta warga etnis Rohingya yang tinggal di wilayah barat Myanmar namun tak diakui keberadaannya itu, memicu krisis migran yang memusingkan negara-negara Asia Tenggara.

"Warga Rohingya telah mengalami diskriminasi dan itulah salah satu penyebab mereka kabur meninggalkan Myanmar," kata Obama dalam sebuah acara bersama para pemimpin muda Asia Tenggara, Senin (1/6/2015).

Obama menambahkan hal terpenting yang dibutuhkan Myanmar untuk sukses adalah menghentikan diskriminasi terhadap sekelompok warga karena bentuk fisik atau kepercayaan mereka.

"Saya kira, jika saya adalah etnis Rohingya, saya tentu ingin tinggal di tempat saya dilahirkan. Namun, saya juga ingin memastikan bahwa pemerintah saya melindungi dan memperlakukan saya dengan adil," papar Obama.

"Dan itulah mengapa hal ini menjadi sangat penting, sebagai bagian dari sebuah transisi demokrasi, untuk menanggapi dengan serius masalah yang dihadapi etnis Rohingya ini," lanjut Obama.

Pemerintah Myanmara tidak mengakui etnis Rohingya sebagai salah satu suku di negeri itu. Sebagian warga Myanmar menyebut etnis Rohingya sebagai "Orang Bengal" dan terus menganggap mereka sebagai imigran ilegal dari Banglades.

Akibatnya, muncul pembatasan-pembatasan terhadap warga Rohingya dan membuat akses mereka untuk mendapatkan pekerjaan dan layanan publik sangat buruk.

Kondisi ini akhirnya memaksa ribuan warga Rohingya nekat meninggalkan negeri mereka menggunakan perahu-perahu menuju Malaysia atau Indonesia. Dalam sensus penduduk Myanmar yang pertama kali digelar dalam tiga dekade terakhir, pemerintah tak memasukkan etnis Rohingya dalam penghitungan warga.

Kondisi semakin rumit setelah kelompok Buddha radikal menggelar kampanye untuk semakin membatasi populasi Muslim Rohingya di Myanmar. Tak hanya itu, tokoh demokrasi dan HAM Myanmar Aung San Suu Kyi yang partainya akan ikut pemilihan umum pada November mendatang, belum memberikan komentas apapun soal masalah Rohingya ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com