Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menhan India: ISIS Sangat Mungkin Beli Senjata Nuklir dari Pakistan

Kompas.com - 01/06/2015, 21:35 WIB
SINGAPURA, KOMPAS.com - Menteri Pertahanan India Rao Inderjit Singh, Senin (1/6/2015), mengatakan pernyataan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang menyebut mereka bisa mendapatkan senjata nuklir dari Pakistan bukan sekadar gertak sambal.

Berbicara di KTT keamanan global di Singapura, Singh mengatakan dengan simpanan uang jutaan dolar di bank dan kontak dengan para pedagang senjata Pakistan, maka kemungkinan ISIS membeli sebuah bom nuklir sangat terbuka.

"Dengan kebangkitan ISIS di Asia Barat, salah satu hal paling dikhawatirkan adalah mereka sangat mungkin mendapatkan akses untuk mendapatkan persenjataan nuklir dari negeri-negeri semacam Pakistan," ujar Singh.

Komentar Singh ini muncul hanya sepekan setelah ISIS mengklaim mereka saat ini sudah mampu membeli senjata nuklir dibandingkan satu tahun yang lalu.

ISIS bahkan mengklaim bisa menyelundupkan senjata nuklir itu ke Amerika Serikat lewat darat dari Meksiko atau Kanada. Cara lain adalah menyelundupkan bom itu dari laut sebelum meledakkannya di wilayah AS.

Klaim ISIS ini muncul dalam sebuah artikel yang dimuat dalam majalah propaganda kelompok itu, Dabiq. Artikel dalam majalah tersebutu ditulis jurnalis Inggris yang saat ini menjadi sandera ISIS, John Cantlie.

Namun, sejumlah analis memperkirakan Pakistan tidak akan semudah itu menjual persenjataan nuklirnya kepada kelompok-kelompok militan seperti ISIS.

"Pakistan sama saja dengan melakukan bunuh diri jika menjual senjata nuklir kepada ISIS. Dan hal itu akan menjadi bumerang bagi ISIS karena jika mereka memiliki senjata nuklir maka itu akan memicu intervensi militer," kata Anthony Glees, direktur Pusat Studi Intelijen dan Keamanan di Universitas Buckingham, Inggris.

Di sisi lain, Glees tak menutup kemungkinan ISIS mencoba membeli senjata nuklir dari sumber-sumber lain. Namun, jika itu terjadi maka semua badan intelijen Barat akan berusaha sekeras mungkin untuk menggagalkan rencana tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Daily Mail
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com