Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pekerja Menghina Domba, Sebuah Peternakan di Australia Digugat

Kompas.com - 21/05/2015, 18:12 WIB

MELBOURNE, KOMPAS.com — Sebuah peternakan di negara bagian New South Wales (NSW), Australia, digugat aktivis penyayang binatang karena pekerja peternakan itu dianggap telah melakukan kekerasan verbal terhadap para domba. Gugatan ini telah memicu perdebatan mengenai apakah domba dapat memahami ucapan manusia atau tidak.

Kasus ini berawal pada September tahun lalu, ketika salah satu organisasi pencinta binatang, RSPCA NSW, menerima informasi tentang dugaan perlakuan buruk, termasuk ucapan kasar terhadap domba-domba yang dicukur di sebuah peternakan di Boorungie, 130 kilometer dari Broken Hill.
 
Keluhan ini kemudian dilaporkan secara resmi oleh organisasi advokasi satwa People for the Ethical Treatment of Animals (PETA), yang kebetulan mendapat cuplikan rekaman dan pengakuan dari anggotanya yang menyamar di peternakan tersebut.
 
Sementara Ken Turner, pengelola peternakan Boorungie, menilai gugatan itu setidaknya menunjukkan bahwa domba-domba memahami bahasa Inggris.
 
"Dasar dari protes mereka adalah hak hewan, kalau mereka bisa saja merasa dilecehkan karena melihat hal-hal atau mendengar ucapan yang digunakan orang yang mengucapkan kata-kata kasar," kata Turner.
 
"Sepengetahuan saya, tidak terjadi kekerasan dalam pekerjaan mencukur bulu-bulu domba tersebut," tambah dia.

"Tuduhan mereka adalah bahasa kasar yang digunakan pekerja di peternakan Boorungie di depan para domba, dan mereka bisa dinyatakan melakukan pelanggaran karena menggunakan bahasa yang kasar tersebut," lanjut Turner.
 
Steve Coleman, CEO RSPCA NSW, mengatakan, kasus hukum mengenai penggunaan bahasa kasar terhadap domba-domba yang akan dicukur ini mereka ajukan karena rekaman yang mereka miliki dianggap tidak legal untuk digunakan karena alasan yang jelas.
 
"Tidak dapat digunakannya rekaman video kami sebagai bukti itu tidak dapat diterima. Oleh karena itu, kami hanya bisa mengandalkan bukti lisan yang berasal dari kedua belah pihak," katanya.
 
Karena kondisi inilah maka gugatan RSCPA sepenuhnya dibatalkan. Meski demikian, Coleman menyatakan masalah pelecehan verbal hanyalah salah satu faktor dari persoalan kekerasan terhadap hewan yang terjadi di peternakan itu. Karenanya, mereka mengklaim serius menangani kasus gugatan ini.
 
"Saya tidak peduli bahasa yang mereka gunakan karena hewan tidak akan memahaminya," lanjut Coleman.
 
Namun, Nicolas Donovan, presiden pengacara hewan, mengatakan, hewan bisa memahami bahasa yang digunakan manusia.
 
"Saya pikir itu masuk akal kalau kekerasan verbal yang bersifat ekstrem terhadap binatang, apakah itu manusia atau domba atau sebaliknya, bisa dinyatakan sebagai suatu tindakan kekerasan," katanya.
 
"Kita telah menerima kalau kekerasan dalam rumah tangga bisa jadi meliputi tindakan pelecehan verbal yang ekstrem, terutama ketika korban pelecehan yang sangat rentan - karena mereka memiliki ambang rasa takut yang rendah atau mereka tidak memahami kalau kekerasan verbal tidak akan berlanjut menjadi ancaman fisik terhadap mereka," tambah Donovan.
 
"Ini mungkin akan sama kasusnya dengan anak-anak atau hewan di peternakan, dan tingkat kekerasan yang terjadi tidak perlu terlalu ekstrem untuk dapat menyebabkan semacam ketakutan pada hewan," lanjut dia.
 
Pendapat serupa juga diungkapkan CEO Animal Liberation NSW. Menurut dia, hewan tidak perlu paham bahasa yang digunakan manusia untuk dapat mengetahui bahwa orang yang berbicara kepadanya itu sedang frustrasi atau marah.
 
"Saya tidak yakin hewan bisa paham dialek yang berbeda, tetapi mereka bisa memahami nuansa dari bahasa yang mereka gunakan," katanya.
 
"Hewan akan merasakan ancaman di dalam suara dari orang yang berbicara, dan saya yakin itu sangat bisa memengaruhi emosi mereka," ujar dia.
 
"Kita semua tahu hewan dapat merasakan kesakitan dan penderitaan. Kita juga tahu binatang juga mampu mengingat apa yang dilakukan terhadap mereka, dan kita tahu kita bisa mengantisipasi kebrutalan sebelum hal itu terjadi," dia menjelaskan.
 
Namun demikian, bagi Ken Turner dari Peternakan Boorungie, mengakui gugatan ini telah menjadi pengalaman yang membuka matanya, tetapi dia tidak akan terlalu memusingkan penggunaan bahasa di depan domba-dombanya.
 
"Saya percaya kami melakukan hal-hal dengan benar. Maka dari itu, kami akan melanjutkan aktivitas seperti biasa di peternakan kami," Turner menegaskan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com