Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dicurigai Akan Gabung ISIS, Paspor Pria Muslim Australia Dicabut

Kompas.com - 13/05/2015, 17:58 WIB

CANBERRA, KOMPAS.com - Pemerintah Australia mencabut paspor seorang warga negeri itu setelah dia dicurigai akan melakukan perjalanan ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Namun, pria berusia 27 tahun tersebut, yang diidentifikasi dalam dokumen resmi sebagai ‘RZBV’, bersikukuh bahwa ia berencana terbang ke Turki untuk mengunjungi keluarga besarnya dan menikah.

Paspor pria itu dicabut Kementerian Luar Negeri pada 7 Mei 2014 karena badan intelijen Australia (ASIO) yakin ia berencana melakukan perjalanan ke Suriah dan terlibat dalam aktivitas kekerasan yang mendukung kelompok ISIS.

ASIO juga menganggap, pria ini adalah potensi ancaman bagi Australia dan negara-negara asing jika ia bepergian dengan paspor Australia miliknya, yang diterbitkan pada 2009. Setelah diberitahu tentang pembatalan paspornya, pria itu menghubungi ASIO pada 8 Mei 2014.

Pria itu mengatakan, kepolisian federal Australia  pernah menanyainya terkait rencana melakukan perbatasan ke perbatasan Turki dan Suriah.  Pertanyaan itu diajukan sebelum rencana keberangkatannya dari Australia.

Pria itu mengatakan kepada petugas ASIO bahwa ia tidak tahu apa-apa tentang Suriah, selain apa yang dia baca dari berbagai artikel media yang ditunjukkan kepadanya saat wawancara.

Pria itu mengajukan banding atas keputusan pembatalan paspornya di Pengadilan Tata Usaha Negara Australia. Dalam sidang dia menegaskan dirinya bukan bagian dari kelompok teroris dan tak ingin melakukan perjalanan ke Suriah.

Pria itu mengatakan kepada pengadilan bahwa dirinya tidak memiliki niat untuk terlibat dalam kekerasan bermotif politik. Ia mengatakan, bermaksud untuk membawa uang senilai 39.000 dolar Australia atau sekitar Rp 390 juta untuk melakukan investasi.

“Penilaian keamanan melibatkan pertimbangan atas kegiatan pemohon dan karakter yang relevan dengan keamanan,” demikian keterangan seorang perwira ASIO di pengadilan.

"Ini adalah hasil pengamatan berkelanjutan dari ASIO yang menemukan bahwa jika pemohon memegang paspor Australia, ia akan cenderung untuk terlibat dalam perilaku yang dapat merugikan keamanan Australia atau negara asing dan paspornya harus tetap dibatalkan untuk mencegah dirinya terlibat dalam perilaku itu,” sebutnya.

Tak peduli dengan ISIS

Selama persidangan, pria itu ditanya apakah ia mendukung upaya ISIS untuk mendirikan kekhalifahan Islam.

"Itu terserah mereka, apa pun yang mereka lakukan. Saya bukan bagian dari mereka. Saya tak (bisa) berbicara bahasa Arab," kata pria tersebut.

"Hanya karena saya Muslim, bukan berarti saya ingin bergabung dengan mereka atau kelompok apapun," tambah dia.

Namun, dokumen pengadilan menunjukkan bahwa pada Juli 2013, ASIO mewawancarai pria itu terkait hubungannya dengan kelompok ‘Jabhat al-Nusra’.

Selama wawancara pada 2013 itu, sang pria telah diberitahu bahwa jika ASIO yakin seseorang berniat melakukan perjalanan ke Suriah, untuk melatih atau melakukan aktivitas militer dengan sebuah kelompok, maka paspor mereka akan dibatalkan.

Pria itu menjawab bahwa ia memiliki sedikit pemahaman tentang situasi di Suriah, ia tak mendengar ada orang di komunitasnya yang merencanakan untuk melakukan perjalanan berjuang bagi kelompok ‘Jabhat al-Nusra’, dan ia tak mengenal siapapun yang mengumpulkan dana untuk organisasi teroris.

Pada Selasa (12/5/2015), pengadilan mengatakan, bukti yang dihadirkan dalam sidang tertutup mendukung penilaian ASIO. Pengadilan mengkonfirmasi pembatalan paspor pria itu dan keputusan untuk menerbitkan penilaian keamanan yang merugikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com