Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kim Jong Un Perintahkan Peracunan Bibinya

Kompas.com - 12/05/2015, 15:23 WIB
SEOUL, KOMPAS.com — Park, bukan nama sebenarnya, merupakan pejabat paling senior Korea Utara yang pernah membelot ke Korea Selatan. Park telah melayani rezim Korea Utara selama beberapa dekade.

Ia mengaku tahu banyak tentang kebobrokan dan kebrutalan rezim negaranya. CNN, Selasa (12/5/2015), melaporkan, Park ingin agar identitasnya disembunyikan karena takut akan pembalasan yang dilakukan rezim Korea Utara terhadap teman-teman dan keluarganya yang masih berada di Pyongyang.

Park mengungkapkan bahwa pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, telah memerintahkan agar bibinya sendiri, yaitu saudari dari ayahnya, diracun. "Pada tanggal 5 Mei atau 6 Mei tahun lalu," kata Park. "Kim Jong Un memerintahkan agar bibinya, Kim Kyong Hui, dibunuh. Hanya unit pengawal Kim Jong Un, yaitu Unit 974, yang tahu hal itu. Kini, para pejabat senior juga tahu bahwa bibinya telah diracun."

Park mengatakan, Kim Jong Un ingin membungkam bibinya karena dia marah selama berbulan-bulan setelah suaminya yang dianggap orang nomor dua di negeri ini, Jang Song Thaek, dibunuh pada Desember tahun 2013.

Nasib Kim Kyong Hui telah menjadi subyek spekulasi sejak dia menghilang dari pandangan publik pada September 2013, beberapa bulan sebelum kematian suaminya.

Berbagai laporan menduga bahwa dia mengalami stroke, serangan jantung, bunuh diri, atau dalam keadaan lumpuh setelah menjalani operasi tumor otak. Pada Februari, ada kabar di parlemen Korea Selatan bahwa badan intelijen Korea Selatan yakin dia masih hidup.

Badan intelijen nasional Korea Selatan juga mengklaim bahwa sejak berkuasa, Kim telah mengeksekusi musuh-musuhnya, menewaskan sedikitnya 15 pejabat senior sepanjang tahun itu.

CNN menanyakan tuduhan itu kepada seorang anggota berpangkat tinggi di lingkaran dalam Korea Utara dalam sebuah kunjungan langka ke Pyongyang pekan lalu. "Itu fitnah berbahaya!" jawab Park Yong Chol, Wakil Direktur DPRK Institute for Research Into National Reunification.

Namun, dia tidak menyangkal bahwa eksekusi dilakukan di negara itu terhadap orang-orang yang mencoba untuk menggulingkan pemerintah atau menumbangkan sistem. "Sangat normal bagi negara mana pun untuk menginvestigasi elemen-elemen yang bermusuhan dan menghukum serta mengeksekusi mereka."

Jang dan istrinya telah bertugas membimbing pemimpin muda itu melalui tahun-tahun awal kekuasaan setelah kematian Kim Jong Il, ayah Kim. Namun, Park mengatakan, pemimpin muda itu dan pamannya tidak bersepakat terkait uang.

"Setelah satu tahun setengah, Kim Jong Un ingin membangun Masikryong Ski Resort dan Munsu Water Park. Ia membangun dua hal itu dengan berangkat dari pengalamannya selama di Swiss. Jang Song Thaek awalnya setuju ... tetapi menyarankan untuk membangun perekonomian dulu. Itu adalah awal dari gesekan."

Menurut Park, Jang ditangkap, diadili, dan dieksekusi dalam waktu kurang dari seminggu. "Jang tidak dieksekusi di depan umum, tetapi di ruang rahasia bawah tanah. Tidak ada yang mengatakan mereka menyaksikan eksekusi Jang," kata Park. Namun, dia mengaku sekitar 30 pembantunya dan pembantu istrinya tewas di depan umum, beberapa oleh regu tembak, bukan dengan senapan biasa, tetapi senapan mesin empat barrel.

Kim Jong Un secara terbuka menyebut pamannya "sampah". Ia mengklaim bahwa paman itu telah bekerja melawan pemerintah dan berusaha untuk menggulingkan rezim.

Park mengatakan, ia bekerja sama dengan Jang Song Taek dan tuduhan-tuduhan tersebut tidak benar.

Banyak dari apa yang dikatakan Park tidak dapat dikonfirmasi secara independen. Korea Utara adalah salah satu negara yang paling tertutup dan represif di muka bumi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com