Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terdakwa Pelaku Bom Maraton Boston Menangis di Persidangan

Kompas.com - 05/05/2015, 17:39 WIB
BOSTON, KOMPAS.com — Terdakwa pelaku bom maraton Boston, Dzhokhar Tsarnaev, tak bisa menahan air mata saat menjalani sidang pada Senin (4/5/2015), saat melihat bibinya menangis dan dibawa keluar ruang sidang karena tak mampu memberikan kesaksian.

Juri kini sedang mempertimbangkan apakah Dzhokhar, yang bulan lalu terbukti bersalah atas semua dakwaan terkait bom maraton Boston yang menewaskan tiga orang itu, akan dijatuhi hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup tanpa peluang pembebasan bersyarat.

Pekan lalu, tim kuasa hukum Dzhokhar membeberkan sederet bukti untuk menyelamatkan nyawa klien mereka, dan mendatangkan bibi Dzhokhar, Patimat Suleimanova (64), dari Rusia untuk bersaksi.

Namun, perempuan tua itu, dengan suara tercekat dan diselingi isak tangis, hanya mampu menyebutkan nama, usia, dan tempatnya berasal sebelum dia tak kuasa menahan tangis dan terpaksa dibawa keluar ruang sidang.

Melihat kondisi sang bibi, Dzhokhar (21), warga AS berdarah Chechnya itu, tak kuasa menahan emosinya. Dia terlihat mengambil selembar tisu dan mengusap air matanya.

Sidang yang digelar pada Senin waktu setempat itu didominasi kesaksian empat perempuan kerabat Dzhokhar, yang diterbangkan dari Rusia, 10 hari lalu, dan diinapkan di sebuah lokasi rahasia.

Saat memberikan kesaksian, dua sepupu Dzhokhar yang lahir di Dagestan, wilayah selatan Rusia, menggambarkan Dzhokhar sebagai seorang pemuda baik yang menangis saat melihat film animasi Disney, The Lion King.

"Dia sangat baik, penuh kehangatan. Kebaikannya membuat semua orang juga berbuat baik," kata Raisat Suleimanova (35), yang berprofesi sebagai perawat dan tinggal di dekat kota Moskwa, dalam bahasa Rusia yang kemudian diterjemahkan.

Raisat menambahkan, Dzhokhar memiliki masa kecil yang "nomadik" karena kedua orangtuanya kerap berpindah tempat tinggal, mulai dari Kirgistan, Chechnya, hingga ke Dagestan.

Akibatnya, kata Raisat, Dzhokhar dan kakaknya, Tamerlan, kerap berpindah sekolah dan berganti teman. Intinya, Raisat menegaskan, semua keluarga dan kerabat Dzhokhar sangat terkejut dengan masalah yang menjerat pemuda itu.

Sementara itu, adik perempuan Raisat, Nadia, juga memberikan kesaksiannya di hadapan juri dan hakim. Sama seperti kesaksian kakaknya, Nadia menyebut Dzhokhar sebagai pemuda yang manis, ramah, dan selalu tersenyum.

"Dia (Dzhokhar) sangat mencintai kakaknya. Terdapat kebiasaan dalam keluarga kami bahwa kami harus selalu mendengarkan saudara yang lebih tua dan mengikuti teladannya," papar Nadia.

Tim kuasa hukum Dzhokhar selama ini mencoba menggambarkan sosok Tamerlan (26), yang tewas ditembak polisi kala akan melarikan diri, sebagai otak di balik bom maraton Boston. Tamerlan jugalah yang disebut memanipulasi dan melibatkan adiknya dalam aksi terornya tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com