Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perancis Selidiki Kekayaan Paman Presiden Suriah yang Mencapai Rp 1,2 Triliun

Kompas.com - 27/04/2015, 16:15 WIB
PARIS, KOMPAS.com — Pemerintah Perancis tengah menyelidiki kekayaan paman Presiden Suriah Bashar al-Assad yang mencapai 90 juta euro atau sekitar Rp 1,2 triliun.

Kekayaan Rifaat al-Assad itu termasuk sebuah peternakan kuda di dekat Paris dan sejumlah apartemen mewah. Padahal, dia meninggalkan Suriah 30 tahun lalu, hampir tanpa uang sama sekali.

Selama 30 tahun terakhir Rifaat hidup mewah di kota-kota besar Eropa, seperti Paris, London, dan kota wisata Spanyol, Marbella. Saat itu dia dipaksa mengasingkan diri dari Suriah ketika hendak menggulingkan sang kakak, Hafez al-Assad.

Aset milik keluarganya, seperti yang dicatat bea cukai Perancis hingga Mei 2014, mencapai Rp 1,2 triliun yang sebagian besar dari aset itu tersebar dalam berbagai jaringan bisnis di Luksemburg.

Kepada para penyidik, Rifaat mengatakan, dia tak mempunyai apa-apa saat meninggalkan Suriah dan bahkan dia selalu membagi gajinya kepada orang-orang miskin. Demikian seorang sumber yang dekat dengan penyidik kepada AFP.

"Presiden Perancis saat itu Francois Mitterand yang mengundang saya datang ke Perancis. Beliau sangat baik," kata Rifaat, menurut sang sumber.

Penyelidikan atas kekayaan Rifaat dipicu Sherpa, sebuah organisasi yang mewakili para korban kejahatan finansial, yang mengklaim semua aset milik Rifaat merupakan hasil kejahatan selama dia menjadi bagian dari rezim Suriah.

Namun, keluarga Rifaat mengklaim bahwa kekayaan mereka merupakan hadiah dari seorang pendukung asal Arab Saudi yang kaya raya, termasuk mendiang Raja Abdullah, yang memiliki hobi sama dengan Rifaat, yaitu pacuan kuda.

"Peternakan kuda yang kami miliki adalah hadiah dari Raja Aran Saudi, Abdullah," kata putra Rifaat, Soumar al-Assad (43), kepada para penyidik.

Selain itu, Rifaat mengklaim, dia menginvestasikan berbagai pemberian itu dalam bentuk properti, tetapi tidak mengawasi semua detail investasinya.

"Saya hanya menyibukkan diri dengan politik. Saya hanya disodori berbagai dokumen untuk ditandatangani. Saya bahkan tak tahu cara membayar di restoran," ujar Rifaat.

Anggota keluarga Rifaat yang lain memberikan bukti bahwa para pendukung mereka di Arab Saudi terus memberi bantuan sejak keluarga Rifaat mengasingkan diri pada 1980-an.

"Pada prinsipnya, Rifaat hidup dari jual beli apartemen dan bantuan reguler dari Arab Saudi. Kekayaannya bukan berasal dari uang Suriah," kata pengacaranya, Benjamin Grundler.

Di sisi lain, pakar Suriah dari Universitas CNRS Lyon, Fabrice Balanche, mengatakan, dia meragukan semua penjelasan yang disampaikan kepada para penyidik.

"Arab Saudi tak memiliki minat sama sekali mendukung Rifaat, yang tak mewakili apa pun," kata Fabrice.

Pada dekade 1970-an hingga awal 1980-an, Rifaat adalah komandan pasukan keamanan dalam negeri Suriah. Pasukan ini terlibat dalam pembantaian di kota Hama pada 1982 yang menindas pemberontakan Ikhwanul Muslimin.

Pembantaian itu menewaskan 10.000-25.000 warga sipil. Demikian data yang disampaikan organisasi pembela HAM, Amnesti Internasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com