Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Armenia Peringati 100 Tahun Genosida 1,5 Juta Warganya

Kompas.com - 24/04/2015, 16:54 WIB
YEREVAN, KOMPAS.com - Armenia, Jumat (24/4/2015), memperingati 100 tahun pembantaian 1,5 juta warga negeri itu oleh militer Kekaisaran Ottoman di tengah ketegangan diplomatik setelah Turki menolak mengakui peristiwa itu sebagai sebuah genosida.

Di ibu kota Yerevan, Presiden Serzh Sarkisian dan ibu negara Rita Sarkisian meletakkan karangan bunga di kaki monumen peringatan setinggi 44 meter, yang melambangkan kelahiran kembali bangsa Armenia.

Sementara itu, Presiden Perancis Francois Hollande dan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang hadir bersama beberapa orang pemimpin dunia lainnya, bergabung dalam upacara peringatan tersebut.

Ratusan ribu warga Armenia kemudian bergabung dalam prosesi di tugu peringatan genosida, sebuah "landmark" yang paling banyak dikunjungi di negeri itu, sambil membawa lilin dan bunga untuk diletakkan di dekat sebuah ap i abadi di monumen tersebut.

Peringatan ini hanya dihadiri sejumlah kecil kepala negara di dunia menandai minimnya konsensus internasional terhadap upaya Armenia agar dunia mengakui peristiwa pada 1917 itu sebagai sebuah genosida.

Sejauh ini hanya 20 negara, termasuk Perancis dan Rusia, yang mengakui genosida warga Armenia oleh Ottoman Turki, sebuah definisi yang banyak didukung para sejarawan. Namun, banyak pemimpin dunia enggan menyinggung Ankara terkait dengan masalah ini.

Salah satu pemimpin dunia yang kemungkinan bakal memicu kemarahan Ankara adalah Presdien Jerman Joachim Gauck setelah dia mengecam pembantaian warga Armenia itu sebagai genosida di Berlin.

Gauck mengatakan Kekaisaran Jerman saat itu, yang menjadi sekutu Turki dalam Perang Dunia I, ikut bertanggung jawab dan bahkan kemungkinan ikut berdosa terkait genosida warga Armenia itu.

"Jerman mengerahkan pasukan yang ikut merencanakan, ambil bagian dan melakukan deportasi itu," ujar Gauck.

Sejauh ini Turki mengatakan sebanyak 500.000 orang Armenia tewas, namun sebagian besar karena akibat perang dan kelaparan, bukan akibat pembantaian atau genosida.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com