Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pro-Kontra Pembentukan Pasukan Internasional Arab

Kompas.com - 01/04/2015, 12:49 WIB
KAIRO, KOMPAS.com — Selama berbulan-bulan, negara-negara anggota Liga Arab telah mengusulkan dibentuknya kekuatan militer bersama guna menumpas kekerasan yang melanda kawasan tersebut. Kini, setelah sebagian besar negara anggota setuju, para analis mengatakan, membentuk pasukan itu dan mempersiapkannya melawan konflik modern yang kompleks bisa menjadi tantangan yang tidak bisa teratasi.

Umumnya, kepala-kepala dan menteri-menteri luar negeri negara-negara Arab kini sepakat bahwa pasukan internasional Arab harus dan akan dibentuk guna mengamankan kawasan tersebut.
 
Presiden Mesir Abdel Fattah-el-Sisi dalam KTT Liga Arab baru-baru ini berjanji, para pemimpin militer akan membentuk komite untuk mengetahui bagaimana membentuk pasukan militer Liga Arab. Ia tidak mengatakan dengan pasti siapa yang akan memimpin atau ke mana pasukan itu akan dikirim. Namun, Libya, Yaman, Irak, dan Suriah kini berada pada daftar teratas.
 
Tidak semua wakil Liga Arab setuju. Menteri Luar Negeri Irak Ibrahim Jaafari menentang intervensi itu.
 
Menurut Jaafari, intervensi bisa memperburuk konflik. Ia menunjuk masalah besar yang ada. Banyak negara Arab terpecah, baik secara internal maupun eksternal atau keduanya. Negara-negara dan kelompok Sunni umumnya bersekutu dengan Arab Saudi, sedangkan negara-negara dan kelompok Syiah bersekutu dengan Iran.

Dengan perpecahan suku dan politik yang rumit menambah kekacauan, satu surat kabar di kawasan itu menyebut usul pembentukan "Pasukan Arab Bersatu" sebagai sesuatu yang "sangat konyol". Abdullah al-Ashaal, mantan wakil menteri luar negeri dan duta besar Mesir, mengatakan, perpecahan itu tidak akan memungkinkan Dunia Arab membentuk pasukan militer.
 
"Sejak kapan orang-orang Arab bersatu untuk satu hal? Kalau mereka bisa bersatu, beri tahu saya," sindir Al-Ashaal.

Kalaupun mereka bisa bersatu untuk membentuk militer, menurut Al-Ashaal, aliansi-aliansi yang bertentangan bisa memperluas konflik. Sebagai contoh, di Yaman, orang-orang Huthi yang didukung Iran sedang memerangi pemerintah yang didukung Arab Saudi. Intervensi di Yaman, kata Al-Ashaal, akan berarti perang melawan Iran.

"Apa yang akan mereka lakukan dengan pasukan itu? Untuk apa? Melawan Iran? Iran akan menghancurkan mereka semua. Iran sangat kuat dalam bidang militer," tambah Al-Ashaal.

Namun, pasukan internasional sangat dibutuhkan guna melawan ancaman dari yang disebut kelompok militan ISIS. Demikian ujar analis politik Hisham Kassem. Amerika, NATO, serta PBB semakin tidak berminat untuk campur tangan langsung di Timur Tengah. Akibatnya, kata Kassem, Dunia Arab tidak memiliki pilihan selain bertindak.
 
Ia menambahkan, Liga Arab mungkin bukan organisasi terbaik untuk menjadi ujung tombak pasukan semacam itu karena organisasi itu tidak memiliki prestasi untuk benar-benar membereskan masalah. Rencana saat ini akan terhambat penolakan sebagian negara untuk ikut, selain ketidakmampuan militer sebagian negara lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com