Bukan hanya itu, para siswa bahkan dibebaskan untuk menentukan sendiri mata pelajaran apa yang mereka ingin pelajari untuk jangka waktu tertentu.
SMA Templestowe College telah menerapkan sistem yang melimpahkan lebih banyak tanggung jawab kepada siswanya. Hal ini sekaligus mengubah sistem pendidikan yang berlaku selama ini.
"Saya belum pernah bertemu siswa di sini yang tidak menyukai sekolahnya. Dewasa ini, kondisi tersebut tentunya sangat jarang," kata Peter Hutton, Kepala Sekolah Templestowe College.
"Jika Anda tanya mengapa, ini karena siswa sendiri yang mengendalikan. Mereka bisa melakukan apa yang ingin mereka lakukan, sepanjang ada hasil positifnya," ujar Peter Hutton.
Kebebasan siswa sekolah ini terlihat dari fleksibilitas jam memulai pelajaran. Siswa bisa memulainya pada pukul 07.15, pukul 08.50, atau pukul 10.30 pagi.
Mereka juga dibiarkan menyusun daftar mata pelajaran sendiri, yang mereka anggap menarik. Artinya, siswa bahkan dibebaskan untuk tidak mengambil mata pelajaran yang secara umum dipandang sangat penting, misalnya bahasa Inggris.
"Sebanyak 618 dari 620 siswa kami saat ini ternyata memilih bahasa Inggris," kata Hutton. "Dua siswa lainnya memilih mata pelajaran filsafat dan kesusastraan."
"Itu pilihan mereka sendiri," tambahnya.
Menurut Hutton, selama ini siswa di Australia menjalani masa-masa SMA-nya dalam tiga cara. "Sepertiga menganggap sekolah sebagai beban," ujarnya.
Sepertiga lainnya, kata dia, melewati masa SMA tanpa begitu peduli. Mereka berhasil tamat, tetapi juga tidak mendapatkan potensi mereka yang sebenarnya. Sepertiga sisanya betul-betul merupakan kegagalan," katanya.
Menurut Hutton, sejak sistem baru ini diterapkan, tingkat kehadiran siswa mengalami peningkatan tajam.
Selain itu, ternyata kebanyakan siswa memilih untuk memulai pelajarannya lebih awal.
"Menurut pandangan saya, sebaiknya kita meninggalkan sistem penilaian terhadap siswa berdasarkan hasil ujiannya," ujarnya.
"Bedakan siswa dengan mengatakan, inilah kemampuanmu. Jika mendapat nilai 80, berarti engkau lebih baik dari siswa lainnya yang mendapat nilai 70. Dari sudut pandang mental dan psikologis, saya kira membedakan siswa berdasarkan angka sangat tidak sehat," kata Hutton lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.