Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Motif Kopilot Germanwings Jatuhkan Pesawat?

Kompas.com - 27/03/2015, 12:14 WIB
PARIS, KOMPAS.com — Para penyelidik dan keluarga para korban jatuhnya pesawat Germanwings berusaha memahami apa yang mendorong Andreas Lubitz (28) untuk menghantamkan pesawat ke Pegunungan Alpen dengan 150 orang di dalamnya.

Pejabat Jerman dan Perancis mengatakan tidak ada indikasi bahwa pesawat jatuh akibat perilaku terorisme, tetapi tidak memberi penjelasan apa yang memungkinkan di balik motif Lubitz.

Seorang jaksa penuntut di Jerman mengatakan, polisi pada hari Kamis (26/3/2015) sedang menggeledah beberapa properti di Duesseldorf dan lokasi-lokasi lainnya, mencari dokumen dan bukti-bukti setelah penyelidik Perancis mengatakan bahwa kopilot Germanwings dengan sengaja menabrakkan pesawatnya.

Jaksa penuntut, Christoph Kumpa, mengatakan, pencarian masih terus dilakukan dan bahwa polisi akan butuh waktu menemukan bukti-bukti. Ia tidak memberi rincian lebih lanjut. Reporter Reuters di depan rumah keluarga Lubitz melaporkan, polisi masuk keluar membawa kardus-kardus, yang tampaknya berisi barang-barang milik Lubitz.

Jaksa penuntut Marseille, Brice Robin, mengatakan, Lubitz mengambil alih pesawat setelah kapten meninggalkan kokpit. Ia menolak untuk membuka kembali pintu dan kemudian membawa pesawat menukik sebelum jatuh di Pegunungan Alpen. Ia melakukan ini "untuk alasan yang kita tidak dapat pahami saat ini, tetapi tampaknya ia berniat untuk menghancurkan pesawat ini," ujar Robin kepada pers di Marseille.

Robin menggambarkan 10 menit terakhir penerbangan pesawat berdasarkan suara dari rekaman menunjukkan bahwa kebanyakan orang di pesawat tidak menyadari apa yang terjadi hingga saat-saat terakhir. "Hanya menjelang akhirnya, Anda kemudian mendengar teriakan," katanya. Robin menambahkan bahwa orang-orang di pesawat tewas seketika karena pesawat jatuh dan hancur berkeping-keping.

CEO Lufthansa, maskapai induk Germanwings, mengatakan bahwa kru pesawat dipilih secara hati-hati dan telah menjalani pemeriksaan psikologis.

Perhatian kini tertuju pada motivasi Lubitz, seorang warga negara Jerman yang baru bergabung dengan maskapai low cost carrier Germanwings pada September 2013 dan baru memiliki 630 jam penerbangan, dibandingkan dengan 6.000 jam penerbangan yang telah dimiliki oleh kapten pesawat, yang disebut di media Jerman hanya sebagai "Patrick S."

Robin mengatakan, tidak ada alasan untuk mencurigai bahwa Lubitz melakukan serangan teror. "Namun, saya tidak bisa menyebutnya bunuh diri bila Anda juga bertanggung jawab atas lebih dari 100 nyawa," tambah Robin.

Polisi berjaga-jaga di depan kediaman Lubitz di Montabaur, Jerman. Para kerabat Lubitz mengatakan, mereka terkejut, lalu menggambarkan Lubitz sebagai seorang pria muda yang ramah yang tidak pernah menunjukkan tanda-tanda bahwa ia memiliki niatan untuk melukai orang lain.

"Saya tidak tahu harus berkata apa. Saya tidak punya penjelasannya. Saya kenal Andreas, dan ini tidak terbayangkan bagi saya," ujar Peter Ruecke, anggota dari kelompok penerbangan lokal tempat Lubitz menerima izin sebagai pilot, beberapa tahun lalu.

"Ia orang yang menyenangkan, walaupun ia terkadang pendiam," tambahnya.

Foto profil Lubitz di Facebook memperlihatkan dirinya tersenyum, berpose di depan jembatan Golden Gate di San Francisco.

Robin mengatakan, percakapan di antara kedua pilot sebelum kapten meninggalkan kokpit awalnya berlangsung dengan normal. Namun, ucapan Lubitz menjadi pendek-pendek saat mereka mulai bersiap menurunkan ketinggian pesawat untuk mendarat di bandara Duesseldorf.

Tidak jelas mengapa kapten meninggalkan kokpit, tetapi, kata Robin, kemungkinan untuk menggunakan toilet.

Robin mengatakan, keluarga Lubitz telah tiba di Perancis untuk melayat bersama dengan keluarga para korban. Namun, mereka berada di tempat terpisah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com