Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iran Ingin Kembangkan Internet Halal

Kompas.com - 10/03/2015, 15:29 WIB
KOMPAS.com - Selama beberapa tahun belakangan, para pejabat Iran telah berbicara mengenai pengembangan "Internet Halal”, sesuatu yang pada dasarnya merupakan intranet besar bagi seluruh Iran yang akan menutup akses rakyat dari dunia maya seluruh dunia. Apakah pemerintah benar melakukannya, atau apakah itu mungkin, masih menjadi perdebatan.

Meski demikian, pemerintah Iran baru-baru ini membuka langkah berikutnya dalam upaya mereka melanjutkan ke mana warganya dapat pergi dan apa yang mereka katakan di internet: melalui satu-satunya mesin pencarian internet yang disebut "Yooz.”

Yooz berarti cheetah dalam Bahasa Persia. Yooz secara resmi diluncurkan di Teheran pada pertengahan Februari oleh para pejabat Iran, termasuk Mahmoud Vaezi, Menteri Teknologi Informasi dan Komunikasi atau ICT.

Meski ada sensor dan pengaturan ketat atas internet oleh pemerintah, rakyat Iran, terutama anak-anak muda, adalah pengguna internet yang bersemangat, dan mesin-mesin pencarian dari Barat seperti Google, Bing dan Yahoo, sangat populer.  

Yooz secara spesifik dirancang untuk mengimbangi situs-situs itu. Para pejabat mengatakan Yooz akan melakukan pencarian sangat luas atas laman-laman Iran dan berbahasa Persia dan membuat katalog informasi-informasi tersebut untuk para pengguna, agar pencarian berlangsung lebih cepat dan "lebih aman", kata Medhi Naghavi yang mengepalai Yooz.

Selain itu, seperti dikutip dalam International Business Times, Naghavi mengatakan Yooz akan “membantu rakyat Iran menghindari sanksi-sanksi ekonomi yang dipimpin AS", bagaimana caranya tidak jela, dan "memberikan kalangan akademis akses terhadap dunia maya Persia."

Yang tidak dikatakan oleh Naghavi adalah bahwa Yooz hanyalah alat terbaru bagi otoritas telekomunikasi Iran untuk menyaring materi-materi dan laman-laman yang menurut pemerintah tidak sesuai. Lalu lintas internet ke dan dari Iran dipantau secara ketat, dan para pejabat terus memblokir laman-laman baru seiring para aktivis kebebasan berpendapat menemukan cara untuk menghindari pemblokiran.

Khususnya dalam waktu-waktu sensitif, seperti pemilu nasional, pihak berwenang memperlambat lalu lintas internet, membuat banyak pengguna frustrasi atau tidak dapat melakukan pekerjaan mereka yang paling mudah sekalipun.

Semakin banyak analis ragu dengan klaim-klaim Iran untuk membangun intranet nasional yang betul-betul terpisah dari internet, dan menyebut upaya-upaya tersebut seperti membangun "filternet" -- tidak ada bedanya dengan internet global, namun sangat disensor dan disaring.

Sebuah laporan baru dari perusahaan analis internet baru, British Small Media, mengatakan bahwa Iran menanamkan modal tinggi untuk filternet mereka, dua kali lipat anggaran Kementerian ICT hanya dalam beberapa tahun. Laporan itu juga merinci tentang meningkatnya jumlah laman dan aplikasi populer di Iran -- seperti Instagram dan WhatsApp -- yang secara agresif diblokir.

Namun penyaringan yang ketat ini memiliki konsekuensi yang tidak diduga: sejumlah besar warga Iran yang menggunakan internet telah mahir menggunakan teknologi-teknologi untuk menghindarinya, seperti Tor, VPN atau Psiphon untuk menutupi aktivitas-aktivitas mereka dan menghindari pemblokiran.

Dan ada pertanyaan lebih besar mengenai apakah hal itu bahkan mungkin untuk suatu negara, sekali terhubung dengan internet untuk dapat menarik diri. Negara-negara seperti Mesir atau Suriah yang telah mencoba menutup internet dalam periode-periode tidak stabil menemukan dampak-dampak menutup diri dari internet lebih merusak daripada konflik sipil. Korea Utara tidak memiliki koneksi ke jaringan World Wide Web, tetapi mereka tidak pernah membukanya, sehingga lebih mudah untuk memblokirnya.

Bahkan “Great Firewall" di China, operasi penyaringan dan penyensoran paling canggih di dunia, bukan merupakan dinding dan lebih kepada serangkaian jebakan dan halangan, dirancang untuk membatasi pendapat-pendapat terlarang sambil masih mengizinkan aliran bebas perdagangan internasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com