Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapakah Kim Ki-jong, Pria Penusuk Dubes AS untuk Korsel?

Kompas.com - 06/03/2015, 14:18 WIB
SEOUL, KOMPAS.com — Duta Besar AS untuk Korea Selatan (Korsel) Mark Lippert diserang dengan sebuah pisau sepanjang 10 inci pada Kamis (5/2/2015) pagi. Orang yang melakukan penusukan itu, Kim Ki-jong, merupakan seorang aktivis anti-AS yang berpandangan nasionalistik.

Menurut laporan Hankyoreh, sebuah harian terkemuka Korea, Kim pada 2 Maret mem-posting pendapat di Facebook yang menyatakan ketidaksetujuannya terhadap latihan perang Key Resolve-Foal Eagle, sebuah latihan militer tahunan gabungan Amerika Serikat dan Korea Selatan yang secara rutin menimbulkan ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan. Bahkan, saat Kim tengah diangkut ke Rumah Sakit Palang Merah setelah serangan terhadap duta besar itu, ia terus berteriak, "Saya menentang latihan Key Resolve," lapor Hankyoreh.

Menurut Hankyoreh, posting-an Kim di Facebook berbunyi, "Key Resolve-Foal Military Exercises dimulai hari ini dan menimbulkan masalah parah. Pertama-tama, atmosfer pembicaraan (Korea) Selatan-Utara membeku, walau dialog semacam itu tampak mungkin dalam pesan Tahun Baru Utara dan Selatan. Sepertinya, dialog itu tidak akan terjadi sampai akhir April, saat latihan militer tersebut resmi berakhir. Saat kita menghadapi ulang tahun ke-70 kemerdekaan dan pemisahan, atmosfer harapan telah muncul di Semenanjung bersamaan dengan datangnya musim dingin. Organisasi saya 'Our Turf' dan 48 organisasi lain merupakan bagian dari 'Anti-War Bring Peace Citizen Action', yang berkumpul pada tanggal 24 di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk menuntut penghentian latihan perang itu, yang akan mendorong perundingan Utara-Selatan dan harapan damai kita..."

Kim terlibat dalam kegiatan terkait masalah lain, yaitu tentang Kepulauan Dokdo, sekelompok pulau kecil yang menjadi pokok sengketa teritorial antara Korea Selatan dan Jepang. Dalam bukunya Dokdo dan Kami, dan 2010, yang terbit tahun 2014, ia menulis, "Pulau Dokdo merupakan titik penting di mana (Korea) Selatan dan Utara punya kepentingan bersama; baik Selatan dan Utara harus bersama-sama melindungi pulau-pulau itu, dan hal ini akan menyebabkan kedua belah pihak mengarah ke unifikasi."

Menurut kantor berita Korea, Yonhap, Kim mendapat pembebasan bersyarat tahun 2010 karena melemparkan sebuah batu bata kepada utusan Jepang yang datang ke Korea Selatan. Ia juga membakar dirinya tahun 2007 di depan Blue House, kediaman Presiden Korea, yang menyebabkan luka bakar di sekujur tubuh. Dia memprotes sebuah kasus 1988 saat empat orang tak dikenal masuk ke kantor Our Turf, organisasi sipil Kim, dan memerkosa seorang perempuan anggota organisasi itu.

Presiden Korea Selatan Park Geun-hye menyebut serangan terhadap Lippert sebuah "serangan yang tidak dapat ditoleransi terhadap aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat". Soul Metro News melaporkan bahwa "orang yang menyerang Duta Besar AS Mark Lippert diyakini penyerang tunggal (lone-wolf fighter)".

Sebuah sumber di komunitas aktivis unifikasi Korea Utara dan Korea Selatan mengatakan dalam sebuah wawancara telepon dengan Metro News bahwa "memang benar Kim Ki-jong berpartisipasi dalam kegiatan unifikasi untuk waktu yang lama, tetapi pidato dan perilaku agresifnya telah menyebabkan para aktivis lain menghindar untuk berkontak dengan dia." Sumber itu juga berspekulasi bahwa mengisolasi Kim dari masyarakat setelah serangan terhadap utusan Jepang itu mungkin telah memicu serangan Kamis kemarin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com