Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/03/2015, 12:23 WIB
NEW DELHI, KOMPAS.com — Salah seorang pria India, yang dihukum karena terlibat kasus pemerkosaan beramai-ramai dan berujung pembunuhan di dalam sebuah bus di New Delhi tahun 2012, telah memicu kemarahan publik terkait pernyataannya bahwa korbannyalah yang harus disalahkan. Kasus pemerkosaan yang melibatkan pria itu telah memicu protes luas di India dan tuntutan agar aparat keamanan memberikan perlindungan lebih terhadap kaum perempuan dari ancaman tindak kekerasan seksual.

Dalam sebuah wawancara dari dalam penjara, Mukesh Singh mengatakan, perempuan yang keluar malam mesti disalahkan jika mereka menarik perhatian gerombolan pria pengganggu. "Seorang gadis jauh lebih bertanggung jawab atas pemerkosaan ketimbang seorang pria," katanya.

Korban pemerkosaannya, Jyoti Singh (23), sedang dalam perjalanan pulang malam setelah menonton bioskop bersama teman laki-lakinya ketika enam pria menawarkan kepada mereka tumpangan dengan sebuah bus yang telah mereka curi. Gadis itu diperkosa dan dipukuli dengan batang besi di atas bus tersebut lalu dilempar ke jalanan.

Dalam wawancara untuk sebuah film dokumenter BBC, Singh juga menyatakan bahwa jika Jyoti dan temannya tidak berusaha melawan, gerombolan itu tidak akan memukulnya dengan ganas sehingga tidak akan menyebabkan kematiannya, dua minggu kemudian.

Dia menggambarkan pembunuhan itu sebagai "kecelakaan". Dia mengatakan, "Saat diperkosa, dia seharusnya tidak melawan. Dia seharusnya diam saja dan membiarkan pemerkosaan itu, lalu mereka akan mengantarnya setelah 'melakukan hal itu', dan hanya memukul teman prianya."

Walau pengadilan India menerapkan hukuman keras terhadap gerombolan tersebut, yaitu dengan menjatuhkan hukuman mati, yang telah jarang digunakan, para aktivis mengatakan bahwa hal itu tidak memberikan perubahan yang cukup.

Singh, warga kawasan kumuh yang berusia 26 tahun saat itu, mengemudikan bus tersebut ketika penculikan terjadi. Dia membantah terlibat dalam serangan itu, tetapi klaimnya ditolak oleh pengadilan. Menurut pengadilan, ada bukti DNA kuat terkait Singh. Bahkan jika Singh tidak ambil bagian (dalam pemerkosaan) pun, bukti itu menunjukkan bahwa dia pasti telah ikut campur.

Sementara itu, walaupun hakim mengatakan bahwa kasus tersebut telah "mengguncang nurani kolektif" rakyat India, Singh tampaknya tidak menunjukkan penyesalan sedikit pun. "Anda tidak bisa bertepuk dengan sebelah tangan, dibutuhkan dua tangan," katanya dalam wawancara itu. "Seorang gadis yang baik tidak akan berkeliaran pada sekitar pukul 09.00 malam. Seorang gadis jauh lebih bertanggung jawab atas sebuah peristiwa pemerkosaan ketimbang pria. Pria dan wanita tidak sama. Membersihkan dan membereskan rumah merupakan pekerjaan perempuan, tidak berkeliaran di diskotik dan bar pada malam hari, melakukan hal-hal yang salah, mengenakan pakaian yang tak pantas. Sekitar 20 persen perempuan itu baik."

Singh, yang hukuman matinya masih dalam proses banding, juga menyatakan bahwa mengeksekusi dirinya dan pemerkosa yang dihukum lainnya justru akan membahayakan korban pemerkosaan pada masa depan.

"Hukuman mati akan membuat sesuatu yang lebih berbahaya bagi kaum perempuan," katanya. "Sebelumnya, mereka akan memerkosa dan mengatakan, 'Tinggalkan dia, dia tidak akan memberi tahu siapa pun.' Sekarang, ketika mereka melakukan pemerkosaan, terutama untuk para kriminal, mereka akan membunuh gadis itu. Mati."

Para pengacara yang membela gerombolan itu di pengadilan mengekspresikan pandangan ekstrem yang sama.

Dalam sebuah wawancara sebelumnya di televisi, AP Singh, seorang pengacara, mengatakan, "Jika anak atau saudara perempuan saya terlibat kegiatan pra-nikah dan memalukan dirinya sendiri serta membiarkan dirinya kehilangan muka dan karakter dengan melakukan hal-hal seperti itu, saya pasti akan membawa saudara atau anak perempuan semacam itu ke rumah saya. Saya akan menyiramkan bensin kepadanya dan membakarnya di depan seluruh keluarga saya."

Dalam film dokumenter BBC itu, ia menambahkan bahwa sikapnya tidak berubah. "Itulah sikap saya. Saya sampai hari ini masih pada sikap itu."

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com