Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Brasil Tak Lagi Populer

Kompas.com - 25/02/2015, 14:50 WIB
BULAN lalu, setelah seorang warga Brasil menjalani hukuman mati di Indonesia karena membawa belasan kilogram heroin, di media sosial beredar sebuah meme yang memperlihatkan foto Presiden Joko Widodo mengeluarkan wajah dari jendela mobil, dilengkapi kata-kata, ”Kalian kirim saja Dilma (Presiden Brasil Dilma Rousseff) ke sini dengan heroin, sisanya serahkan pada saya.”

Juga ada posting-an seorang Brasil yang tinggal di AS, yang menjelaskan mengapa dia tidak ingin pulang kampung. Ia antara lain mempersoalkan Rousseff yang membela habis-habisan seorang warganya yang pedagang narkoba sampai meminta bantuan Paus, tetapi tidak memedulikan jutaan warganya yang menderita dalam kemiskinan.

Apa yang disampaikan di media sosial memang tak bisa digeneralisasi sebagai sesuatu yang terjadi meluas di masyarakat. Namun, hal itu setidaknya bisa menjadi petunjuk tentang apa yang sedang terjadi di sebagian masyarakat. Dalam hal ini, sebagian rakyat Brasil sedang tidak puas terhadap kinerja Rousseff, yang di Brasil lebih dikenal dengan sebutan Dilma.

Sekitar tiga pekan lalu, sebuah jajak pendapat yang dibuat Datafolha, yang diterbitkan surat kabar Folha de S Paulo, memperlihatkan bahwa popularitas Rousseff anjlok hampir setengahnya sejak dia terpilih kembali, akhir tahun lalu. Hal ini terjadi di tengah skandal korupsi di perusahaan minyak negara Petrobras, melambatnya ekonomi, serta kenaikan biaya listrik, BBM, dan ongkos bus yang membuat pemilih kecewa.

Jajak pendapat pada 4.000 orang itu memperlihatkan Rousseff dinilai bagus atau bagus sekali hanya oleh 23 persen responden, angka terendah sejak ia menjadi presiden tahun 2011, dan terburuk bagi seorang pemimpin Brasil sejak Fernando Henrique Cardoso tahun 1999. Dukungan ini anjlok dari 42 persen pada Desember 2014.

Selama periode yang sama, persentase orang yang menilainya sebagai presiden yang buruk atau buruk sekali naik dari 24 persen menjadi 44 persen. Sebagian besar responden merasa Rousseff tahu korupsi di Petrobras walau ia menyangkalnya.

Meskipun Rousseff berada di bawah tekanan, kemungkinan kecil akan ada upaya pemakzulan karena politisi oposisi keberatan dengan gagasan itu.

Namun, desakan pemakzulan terdengar makin keras. Publik merencanakan unjuk rasa di 30 kota pada 15 Maret 2015 untuk mendukung pemakzulan Rousseff. (REUTERS/DI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com