Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Al Shabaab Serukan Serangan ke Pusat Perbelanjaan di AS, Inggris, dan Kanada

Kompas.com - 23/02/2015, 11:43 WIB
JOHANNESBURG, KOMPAS.com — Sebuah video, yang diakui telah dibuat pemberontak Somalia yang terkait dengan Al Qaeda, mendesak kaum Muslim untuk menyerang pusat-pusat perbelanjaan di AS, Kanada, Inggris, dan negara-negara Barat lainnya.

Dalam video yang dirilis pada Sabtu (21/2/2015) malam itu, kelompok ekstremis Somalia, Al Shabaab, sekali lagi mengatakan bahwa serangannya pada September 2013 di Westgate Mall di Nairobi, Kenya, merupakan balasan atas keterlibatan militer Kenya di Somalia. Sebanyak 67 orang tewas dalam serangan di mal itu. Video tersebut, yang menggunakan cuplikan dari organisasi berita besar, memperlihatkan serangan terhadap mal tersebut.

Narator bertopeng dalam video berdurasi 76 menit tersebut memperingatkan serangan yang lebih banyak di Kenya dan mengajak umat Islam lainnya untuk menyerang pusat perbelanjaan. Mall of America di Minnesota di AS, West Edmonton Mall di Kanada, dan Westfield Mall di Stratford di Inggris secara khusus disebutkan dalam video itu.

Kepala Keamanan Dalam Negeri AS, Jeh Johnson, mengatakan pada Minggu bahwa ia menganggap serius ancaman yang dibuat dalam video tersebut. "Pernyataan terbaru dari Al Shabaab itu mencerminkan fase baru bahwa kita telah berevolusi dalam ancaman teroris global, dalam arti bahwa Anda punya kelompok-kelompok seperti Al Shabaab dan ISIS yang secara terbuka menyerukan kepada aktor independen di negara mereka masing-masing untuk melakukan serangan," kata Johnson kepada CNN.

"Kami melampaui fase itu sekarang di mana kelompok-kelompok tersebut akan mengirim jaringannya ke sejumlah negara setelah dilatih di suatu tempat," kata Johnson.

Saat ditanya secara khusus tentang ancaman terhadap Mall of America, salah satu kompleks belanja terbesar di dunia, ia berkata, "Setiap kali sebuah organisasi teroris menyebutkan untuk menyerang tempat tertentu, kami harus menganggapnya secara serius. Saya akan mengatakan bahwa jika ada yang berencana untuk pergi ke Mall of America saat ini, mereka harus sangat berhati-hati."

Minnesota merupakan tempat tinggal bagi populasi orang Somalia yang cukup besar. Para aparat penegak hukum AS telah mengkhawatirkan potensi radikalisasi di antara beberapa anggota masyarakat. Seorang pria Minnesota pekan lalu didakwa atas tuduhan bersekongkol untuk mendukung Negara Islam atau ISIS atau Daesh dan berbohong kepada para agen federal yang sedang menyelidiki perekrutan oleh kelompok-kelompok militan itu.

Sejumlah penyidik mengatakan, puluhan orang dari area Minneapolis-St Paul, banyak dari mereka merupakan warga Somalia-Amerika, telah melakukan perjalanan atau mencoba untuk melakukan perjalanan ke luar negeri guna mendukung kelompok-kelompok seperti Negara Islam atau Al Shabaab sejak tahun 2007.

Mall of America merupakan sebuah mal swasta besar di Bloomington, Minnesota, yang memiliki sekitar 40 juta pengunjung per tahun, dan memberikan kontribusi hampir 2 miliar dollar AS bagi kegiatan ekonomi tahunan Negara Bagian Minnesota. Demikian menurut situs web mal itu.

Sejumlah pejabat mal itu mengeluarkan sebuah pernyataan terkait ancaman yang dibuat kelompok tersebut, dengan mengatakan bahwa mereka memantau berbagai acara dengan bantuan badan-badan penegak hukum federal, negara bagian, dan lokal. "Mall of America telah menerapkan tindakan pengamanan ekstra, beberapa mungkin terlihat oleh para tamu, dan (tindakan pengamanan) yang lain tidak akan terlihat," kata para pejabat itu.

The West Edmonton Mall di Alberta, Kanada, mendapat sekitar 30,8 juta pengunjung per tahun dan punya lahan parkir terbesar di dunia, kata situs webnya. Adapun Oxford Street merupakan salah satu pusat perbelanjaan tersibuk di London. Di mal itu terdapat sejumlah department store besar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber REUTERS/AP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com